Mengulas Kinerja Keuangan Tokcer Lima Bank Jumbo Sepanjang 2022
IDXChannel - Lima perbankan big caps atau yang mempunyai kapitalisasi besar di Indonesia sudah melaporkan kinerja keuangannya sepanjang 2022.
Mulai dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) semua kompak mencatat laba bersih mencapai triliun rupiah.
BBCA
BCA mencatatkan laba bersih Rp40,7 triliun. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, perolehan laba ini meningkat 29,6% dibandingkan periode sebelumnya. Hal itu disampaikan dalam paparan kinerja BCA tahun 2022 pada Kamis (26/1/2023).
Tak hanya laba, BCA mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 11,7% year over year (YoY) sepanjang 2022. Pencapaian ini juga mendukung dana giro dan tabungan atau current account saving account(CASA) naik 10,6% YoY di Desember 2022.
Pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman. Rasio loan at risk (LAR) turun ke 10,0% di tahun 2022, dibandingkan 14,6% di tahun 2021. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat sebesar 1,7% di 2022, turun dari 2,2% di tahun sebelumnya.
BBNI
Sebelum BCA, ada BNI yang melaporkan kinerja positif di 2022, Selasa (24/1/2023). BNI membukukan laba bersih sebesar Rp18,3 triliun sepanjang 2022 atau naik 68% dibandingkan laba bersih periode 2021.
Direktur Utama, BNI Royke Tumilaar mengatakan, realisasi laba bersih tersebut lebih tinggi dari estimasi. Bahkan, realisasi ini jauh di atas pencapaian sebelum pandemi dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah BNI.
Penyaluran kredit yang dilakukan secara selektif ini, jelas Royke, berdampak pada perbaikan kualitas aset di mana ratio loan at risk (LaR) BNI turun dari 23% menjadi 16% dan tingkat biaya kredit atau cost of credit turun dari 3,3% menjadi 1,9% di 2022.
BMRI
Selanjutnya ada Bank Mandiri yang melaporkan pada Selasa (31/1/2023) berhasil mencetak laba bersih senilai Rp41,2 triliun di sepanjang 2022. Nilai itu tumbuh 46,89% dari posisi 2021 sebesar Rp28,02 triliun.
Menurut Darmawan, pertumbuhan laba bersih tersebut turut ditopang oleh optimalisasi fungsi intermediasi perseroan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif.
Tercatat, hingga akhir 2022, kredit secara konsolidasi perseroan mampu tumbuh positif sebesar 14,48% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp1.050,15 triliun menjadi Rp1.202,2 triliun.
Melihat pencapaian tersebut, Bank Mandiri optimis pertumbuhan kredit di tahun 2023 mampu tumbuh di kisaran 10%-12% secara YoY. Total aset Bank Mandiri secara konsolidasi pun berhasil menyentuh Rp1.992,6 triliun atau tumbuh 15,5% secara tahunan. Total aset tersebut juga menjadi rekor terbesar sepanjang sejarah perseroan.
Pencapaian kredit Bank Mandiri tahun lalu pun melampaui pertumbuhan kredit secara industri sebesar 11,35% di tahun 2022 lalu. Per akhir 2022, rasio non performing loan (NPL) Bank Mandiri secara bank only berhasil menurun sebesar 93 basis poin (bps) secara YoY ke level 1,88%.
BBRI
Mengalahkan Bank Mandiri di jajaran BUMN, Bank BRI melaporkan pertumbuhan laba bersih yang mencapai rekor yakni sebesar Rp51,4 triliun secara konsolidasi di sepanjang 2022. Perolehan ini meningkat 67,15% secara tahunan.
Peningkatan nilai laba bersih ini turut mengerek nilai laba per lembar saham menjadi Rp338 per saham di akhir 2022 dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai Rp238 per lembar saham pada Desember 2021.
Berdasarkan laporan keuangan BRI, Rabu (8/2) tercatat bunga bersih Bank BRI mencapai Rp 124,59 triliun meningkat 9,20% dibandingkan perolehan yang sama tahun 20212 yang senilai Rp114,09 triliun. Sementara marjin bunga bersih BRI nampak tumbuh 6,80 secara tahunan.
Dari segmen penyaluran kredit, BRI berhasil menyalurkan sebesar Rp 1.139,08 triliun. Sementara di segmen UMKM mendapatkan porsi terbesar yakni Rp 965,30 triliun atau 84,74% dari portofolio kredit.
Selanjutnya dari sisi aset perseroan hingga Desember 2022 tercatat naik 11,18% menjadi Rp 1.865,64 triliun. Sedangkan, perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 14,85% menjadi Rp 1.307,88 triliun.
Adapun penyokong DPK tersebut di antaranya dana murah atau CASA sekitar 66,70%. Peningkatan komposisi CASA tersebut turut berimbas pada efisiensi biaya dana (cost of fund) BBRI menjadi 1,87%.
Berikutnya, dari sisi rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) secara kotor (gross), mengalami penurunan dari 3,08% menjadi 2,82% di Desember 2022.
Sedangkan, NPL bersih (net) BRI sedikit mengalami peningkatan menjadi 0,73% dari tahun sebelumnya 0,70% dan NPL coverage tercatat senilai 305,73%.
Lebih lanjut, rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) Bank BRI, di mana fokus pada pembiayaan UMKM tercatat hingga Desember 2022 tercatat mencapai 87,09% dengan rasio kecukupan modal atau CAR senilai 25,54%.
BBTN
Terakhir ada Bank BTN pada Kamis (16/2) mengumumkan perolehan laba bersih yang positif mencapai Rp3,04 triliun per 31 Desember 2022. Perolehan tersebut disumbang dukungan besar pemerintah dalam mendorong penyediaan rumah rakyat yang layak huni dan terjangkau di Indonesia.
Laporan keuangan emiten bersandi saham BBTN ini menunjukkan laba bersih Bank BTN per 31 Desember 2022 senilai Rp3,04 triliun tersebut, naik 28,15% secara tahunan dari Rp2,37 triliun di periode yang sama tahun 2021.
Peningkatan tersebut juga didukung oleh pertumbuhan kredit yang solid, perbaikan proses bisnis dan kualitas kredit, serta kenaikan simpanan.
Kredit dan pembiayaan yang tumbuh solid menjadi penopang perolehan laba bersih Bank BTN. Laporan keuangan perseroan mencatat kredit dan pembiayaan tumbuh sebesar 8,53% yoy dari Rp274,83 triliun menjadi Rp298,28 triliun per 31 Desember 2022.
Kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi motor terbesar pergerakan bisnis Bank BTN. Secara total, KPR di Bank BTN tumbuh 9,23% yoy menjadi Rp233,68 triliun per 31 Desember 2022.
Di segmen ini, KPR Subsidi tumbuh 11,61% yoy menjadi Rp145,86 triliun pada akhir 2022. Dengan kinerja tersebut, Bank BTN tercatat masih memimpin pasar KPR Subsidi dengan pangsa sebesar 83%.
Di samping akselerasi pada kredit, Bank BTN juga berhasil meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,77% yoy dari Rp295,97 triliun menjadi Rp321,93 triliun per 31 Desember 2022.
Peningkatan DPK tersebut didorong oleh kenaikan dana murah (current account savings account/CASA) perseroan sebesar 19,13% yoy menjadi Rp156,2 triliun pada akhir Desember 2022. Dengan peningkatan tersebut, biaya dana (cost of fund/CoF) perseroan turun 53 basis poin (bps) yoy dari 3,13% pada akhir 2021 menjadi 2,60%.
Penurunan biaya dana juga ikut mengerek turun beban bunga (interest expense) hingga 14,94% yoy pada akhir tahun lalu. Dengan kinerja positif kredit dan DPK, aset bank yang berfokus pada pembiayaan rumah rakyat ini juga naik 8,14% yoy dari Rp371,86 triliun menjadi Rp402,14 triliun per 31 Desember 2022.
Dengan adanya penambahan modal dari Pemerintah, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tier 1 Bank BTN mencapai sebesar 16,13% atau naik 233 bps per 31 Desember 2022.
Kemudian, perbaikan proses bisnis turut menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross Bank BTN sebesar 32 bps yoy menjadi 3,38%. Rasio pencadangan (coverage ratio) Bank BTN pun tetap naik sebesar 1.383 bps yoy menjadi 155,65% per 31 Desember 2022.
Per 31 Desember 2022, loan to deposit ratio (LDR) Bank BTN juga tetap stabil di level 92,65%. Di samping itu, rasio kecukupan likuiditas (liquidity coverage ratio/LCR) berada di level yang sehat sebesar 238,50%.
(FAY)