Pangdam V Brawijaya Minta Pertikaian Antarperguruan Silat Diakhiri: Jangan Merasa Kuat Sendiri

Pangdam V Brawijaya Minta Pertikaian Antarperguruan Silat Diakhiri: Jangan Merasa Kuat Sendiri

Ekonomi | BuddyKu | Jum'at, 17 Maret 2023 - 08:50
share

SURABAYA, iNews.id - Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf meminta pertikaian antarperguruan silat disudahi. Sebab, tak jarang insiden tersebut menimbulkan korban jiwa.

Pesan itu disampaikan Pangdam kepada para pemimpin perguruan silat di Jatim dalam acara dialog di Mapolda Jatim, Kamis (16/3/2023). Dia meminta kepada tetua perguruan silat mengawasi anak asuhnya, sehingga kasus pertikaian antarperguruan silat tidak lagi terjadi.

Pertikaian yang sampai menimbulkan korban jiwa antar-perguruan silat di Jawa Timur sudah menjadi isu nasional. Bahkan Presiden Joko Widodo mempertanyakan itu. Ini harus kita sudahi, kata Pangdam.

Dia juga menyampaikan bahwa Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menyampaikan keprihatinannya atas pertikaian yang berlarut-larut itu. Panglima TNI mengaku malu di daerah kelahirannya ada masalah seperti itu. Karena itu panglima meminta kami bisa segera mencari jalan keluar untuk masalah ini, kata mantan Kepala Penerangan Kopassus ini.

Kepada pimpinan perguruan yang hadir dalam pertemuan itu, dia meminta untuk dapat meredam munculnya pertikaian. Pemimpin itu harus memiliki kebesaran hati. Pemimpin harus mampu membimbing murid agar terkontrol. Pemimpin tidak boleh mengajarkan perselisihan. Pemimpin yang baik itu harus mampu kendalikan anak buah, tuturnya.

Farid mengatakan, pencak silat merupakan seni dan karya budaya yang luhur dari bangsa Indonesia. Sebagai seni tentu itu harus bermanfaat bukan merusak.

Karena itu, Farid meminta kehormatan dan kepribadian yang baik menjadi dasar dari segala tindakan mereka. Jangan sampai karena berkelompok terus merasa kuat dan besar sendiri sehingga maunya menang sendiri lalu ujung-ujungnya bertindak anarkis.

Pada kesempatan itu, dia juga menekankan pentingnya anak asuh dijaga dengan baik. Sebab, mereka masih berusia muda. Rata-rata belasan tahun.

Bila mereka sudah tersangkut tindak pidana di usia muda, maka akan memengaruhi pertumbunan mental mereka. Lagi pula bila ada anak asuh yang tersangkut kasus hukum yang pusing yakni orang tua mereka, bukan perguruan silatnya.

Sebagai aparat keamanan yang diberi hak oleh negara, imbuh Farid, mereka bisa saja melakukan represi atau tindakan hukum, tapi itu adalah jalan terakhir. Aparat hukum mendahulukan soft approach, pendekatan lunak melalui jalan dialog dan pembinaan. Meskipun sudah ada yang mengancam aparat saat ada anggotanya yang ditangkap.

Kalau mau represif, Polda Jatim punya 30.000-an pasukan dan Kodam Brawijaya punya 26.000-an pasukan. Tapi kami tidak ingin jalan penyelesaian seperti itu, kata Danrem 132/Tadulako 2020-2021 ini.

Diketahui, berdasarkan data Kapolda Jatim Irjen Pol Toni Hermanto, sudah ada korban jiwa dari pertikaian yang tak kunjung usai itu. Ada ratusan mengalami luka berat dan ribuan luka ringan. Bahkan sampai saat ini ada yang masih kritis karena menjadi korban serangan dalam pertikaian antar-perguruan ini.

Para pelaku yang kami tangani rata-rata berusia belasan tahun. Kasihan mereka kalau sudah tersangkut kasus hukum. Masa depannya bisa suram. Jadi, ini harus segera disudahi. Jangan lagi terus terjadi berulang, kata Kapolda Jatim Irjen Pol Toni Hermanto.

Sementara itu, para pimpinan perguruan silat yang diundang menyebutkan bahwa mereka rata-rata sudah membentuk paguyuban antarperguruan di wilayah masing-masing untuk mengatasi masalah itu.

Hanya saja, seperti yang diungkapkan oleh beberapa Kapolres yang hadir, paguyuban tidak berjalan dengan baik. Selain itu, para pimpinan tidak bisa didengar anak buah, sehingga saat terjadi pertikaian mereka tidak bisa menjadi penengah.

Topik Menarik