Perkuat Likuiditas, Credit Suisse Pinjam USD54 Miliar ke Bank Sentral Swiss
IDXChannel - Raksasa perbankan berbasis di Swiss, Credit Suisse, bermasalah meminjam hingga 50 miliar franc atau sekitar USD54 miliar ke bank sentral Swiss untuk menopang keuangan mereka karena saham mereka turun 24% pada hari Rabu.
Hal tersebut memicu aksi jual secara umum di pasar Eropa, dan kekhawatiran akan krisis keuangan yang lebih luas. Namun, Credit Suisse mengatakan bahwa langkah-langkah peminjamannya menunjukkan tindakan tegas dan untuk memperkuat likuiditasnya karena ingin menjadi bank yang lebih sederhana.
"Saya dan tim saya bertekad untuk bergerak maju dengan cepat untuk menghadirkan bank yang lebih sederhana dan lebih fokus yang dibangun berdasarkan kebutuhan klien," kata kepala eksekutif Credit Suisse, Ulrich Koerner, melalui laman BBC News, Kamis (16/03/2023).
Setelah saham Credit Suisse jatuh pada hari Rabu, seorang investor besar, yakni Saudi National Bank mengaku tidak akan menyuntikkan dana lebih lanjut ke pemberi pinjaman Swiss dan tidak akan membeli lebih banyak saham di bank asal Swiss ini karena alasan regulasi sehingga membuat kekhawatiran menyebar ke seluruh pasar keuangan dengan semua indeks utama turun tajam.
"Masalah-masalah di Credit Suisse sekali lagi menimbulkan pertanyaan apakah ini adalah awal dari krisis global atau hanya kasus \'idiosinkratik\'," kata Andrew, Kenningham dari Capital Economics, melalui laman BBC News, Kamis (16/03/2023).
Swiss National Bank merupakan bank sentral Swiss dan Otoritas Pengawas Pasar Keuangan Swiss berusaha menenangkan kekhawatiran investor dengan mengatakan bahwa mereka siap membantu Credit Suisse jika diperlukan.
"Tidak ada indikasi risiko penularan langsung untuk institusi-institusi Swiss karena gejolak yang terjadi di pasar perbankan AS saat ini," kata mereka melalui laman BBC News, Kamis (16/03/2023).
Mengutip dari laman laman BBC News, Kamis (16/03/2023), Credit Suisse sempat bersikeras mengenai posisi keuangannya yang tidak bermasalah. Namun, saham pemberi pinjaman tersebut berakhir turun 24% pada hari Rabu karena bank-bank lain bergegas mengurangi eksposur mereka ke perusahaan.
Setelah Silicon Valley Bank runtuh, Signature Bank yang berbasis di New York juga bangkrut dan regulator AS menjamin semua deposito di kedua bank tersebut. Namun, ada kekhawatiran bahwa bank-bank lain dapat menghadapi masalah serupa, dan perdagangan saham bank telah bergejolak minggu ini.
Indeks saham perbankan Stoxx Europe anjlok 7% pada hari Rabu bersamaan dengan saham-saham dari bank-bank kecil hingga besar di Amerika Serikat yang terpukul. Sementara itu, indeks FTSE 100 Inggris turun hingga 3,8% atau 293 poin.
"Krisis perbankan ini berasal dari Amerika. Dan sekarang orang-orang melihat bagaimana semuanya juga dapat menyebabkan masalah di Eropa," kata Robert Halver, kepala pasar modal di Baader Bank Jerman, melalui laman laman BBC News, Kamis (16/03/2023).
(Penulis Fidya Damayanti magang)
( SAN )