Utang BUMN Tembus Rp1.640 Triliun, Erick Thohir: Jangan Dipersepsikan Buruk
JAKARTA, iNews.id - Utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meningkat hingga menembus Rp1.640 triliun pada 2022. Pada tahun sebelumnya, total utang perusahaan pelat merah berada di angka Rp1.580 triliun.
Menteri BUMN, Erick Thohir, mengatakan meski BUMN mencatatkan kenaikan utang, jangan dipersepsikan buruk. Pasalnya, ekuitas perusahaan pelat merah juga tumbuh, dan modal BUMN lebih besar dari utang, yakni Rp3.150 triliun naik dari Rp2.778 pada 2021.
Memang pasti ada pihak-pihak bilang utangnya kan naik, tapi kalau kita lihat kan equitynya juga naik. Ini yang kita tekankan bahwa persepsi BUMN banyak utang tidak dijaga dengan ekuitas yang baik, itu salah, kata Erick Thohir, dikutip Selasa (14/2/2023).
Pada 2022, rasio utang BUMN mencapai 34,2 persen, presentase ini mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan rasio utang perusahaan pada tahun sebelumnya di angka 36,2 persen.
Ini kita bisa lihat dengan modal kita Rp3.150 triliun bila mau dibandingkan, maka utang BUMN jauh lebih kecil, ujar Erick Thohir.
Dia mengaku geram karena BUMN disebut banyak utang. Padahal pinjaman BUMN merupakan utang produktif. Pada 2021, utang BUMN sebesar Rp1.580 triliun, sedangkan modalnya mencapai Rp4.400 triliun.
Utang seyogyanya tidak dipersepsikan buruk, karena utang digunakan sebagai modal bisnis dan operasional perusahaan, termasuk BUMN, ungkap Erick Thohir.
Dia mencontohkan, pendanaan yang diberikan bank BUMN untuk UMKM dan Ultra Mikro. Pinjaman tersebut masuk kategori utang produktif, bila dialokasikan untuk usaha. Karena itu, Erick menilai utang tidak selamanya buruk.