IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global

Ekonomi | koran-jakarta.com | Rabu, 1 Februari 2023 - 08:31
share

JAKARTA - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023 menjadi 2,9 persen dari 2,7 persen. Revisi tersebut dilakukan menyusul pembukaan kembali perekonomian Tiongkok.

"Penyebaran Covid-19 yang cepat di Tiongkok menghambat pertumbuhan pada 2022, tetapi pembukaan kembali baru-baru ini telah membuka jalan bagi pemulihan yang lebih cepat dari perkiraan," ungkap Chief Economist and Director Research Department, Pierre-Olivier Gourinchas dalam konferensi pers World Economic Outlook Update yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa (31/1).

Adapun pertumbuhan global diperkirakan mencapai 3,4 persen pada 2022, sementara pada 2024 mencapai 3,1 persen. Di sisi lain, inflasi global diperkirakan turun dari 8,8 persen pada 2022 menjadi 6,6 persen pada 2023 dan 4,3 persen pada 2024, masih di atas tingkat sebelum pandemi yakni pada 2017-2019 di sekitar 3,5 persen.

Dia mengungkapkan kenaikan suku bunga bank sentral untuk melawan inflasi dan perang Russia di Ukraina terus membebani aktivitas ekonomi. Dari perkiraan pertumbuhan ekonomi dan inflasi tersebut, keseimbangan risiko tetap mengarah ke risiko penurunan, meski telah termoderasi sejak proyeksi pada Oktober 2022.

Risiko penurunan yakni kemungkinan didorong oleh risiko kesehatan parah di Tiongkok yang dapat menghambat pemulihan, kemungkinan peningkatan perang Russia di Ukraina, dan pembiayaan global yang lebih ketat bisa memperburuk kesulitan utang.

Moneter Ketat

Selain itu, lanjut Pierre, pasar keuangan juga bisa tiba-tiba berubah sebagai tanggapan atas berita inflasi yang merugikan, sementara fragmentasi geopolitik lebih lanjut dapat menghambat kemajuan ekonomi. Kendati begitu, terdapat kemungkinan kenaikan dari dorongan yang lebih kuat berkat permintaan yang terpendam di banyak negara atau penurunan inflasi yang lebih cepat.

"Di sebagian besar perekonomian, di tengah krisis biaya hidup, prioritas tetap mencapai disinflasi berkelanjutan. Dengan kondisi moneter yang lebih ketat dan pertumbuhan yang lebih rendah yang berpotensi mempengaruhi stabilitas keuangan dan utang, diperlukan perangkat makroprudensial dan memperkuat kerangka restrukturisasi utang," tuturnya.

Lebih lanjut, kata dia, mempercepat vaksinasi Covid-19 di Tiongkok akan melindungi pemulihan. Dukungan fiskal juga harus lebih baik ditargetkan pada mereka yang paling terkena dampak kenaikan harga pangan dan energi, sehingga langkah-langkah bantuan fiskal yang luas harus ditarik.

Kerja sama multilateral yang lebih kuat pun sangat penting untuk mempertahankan keuntungan dari sistem multilateral berbasis aturan dan untuk memitigasi perubahan iklim dengan membatasi emisi dan meningkatkan investasi hijau.

Topik Menarik