Ini Alasan Asing ‘Kabur’ dari Bursa Saham RI dan ‘Parkir’ Dana di China
IDXChannel Bursa saham Tanah Air terus catatkan jual bersih atau net sell investor asing di awal tahun 2023 seiring adanya potensi dari bursa saham China.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Senin (16/1), investor asing mencatatkan net sell di pasar reguler hingga Rp2,44 triliun dalam sepekan terakhir.
Sementara, secara year to date (YTD) di tahun 2023, net sell investor asing di pasar reguler sudah mencapai Rp4,16 triliun di pasar reguler.
Tingginya net sell asing belakangan juga memengaruhi kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung terkontraksi belakangan ini.
BEI mencatat, per lanjutan sesi II, Senin (16/1), dalam seminggu terakhir, IHSG sudah merosot sebesar 0,31 persen. Sedangkan, secara YTD, kinerja IHSG juga terkontraksi hingga 2,70 persen.
Angka net sell jumbo investor asing belakangan perlu menjadi perhatian pelaku pasar seiring dibukanya kembali keran perekonomian China yang dapat menjadi tantangan bagi pasar saham dalam negeri.
Data Positif Meriahkan Bursa Pekan Ini: IHSG Naik 4,01, Kapitalisasi Pasar Rp12.318 Triliun
Pasalnya, pembukaan ekonomi tersebut bisa jadi salah satu faktor pendorong investor asing untuk meninggalkan pasar dalam negeri dan masuk ke pasar saham China.
Adapun, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengungkapkan, kinerja pasar saham China relatif lebih menarik karena valuasinya yang rendah atau undervalued .
Dibukanya keran perekonomian China seiring kebijakan open border menimbulkan ekspektasi yang kuat dari investor asing terkait tumbuhnya perekonomian negara tersebut sehingga wajar terjadi net buy asing atau capital inflow di indeks pasar saham China, kata Nafan dalam wawancara dengan IDX Channel , Senin (16/1).
Menurut data CEIC, valuasi atau price to earnings ratio (PER) indeks saham Hong Kong, yakni Hang Sheng per Januari 2023 hanya sebesar 12,19 kali. Sedangkan PER dari indeks saham Shang Hai, Shang Hai Stock Exchange mencapai 13,10x.
Angka ini tentunya lebih murah bila dibandingkan dengan angka PER dari IHSG yang mencapai 15,09x per Januari 2023.
Sementara pengamat pasar modal sekaligus founder WH Project, William Hartanto menilai, murahnya valuasi saham di China bisa jadi karena bursa di China sempat lama tak bergerak seiring kebijakan zero covid yang menghambat perekonomian di negara tirai bambu tersebut.
Kendati investor asing belakangan ramai cabut dari pasar saham dalam negeri, William tetap optimis karena tak selamanya pasar ekuitas dalam negeri mencatatkan net sell asing seiring potensi saham big cap yang masih menarik bagi investor selama labanya masih bertumbuh.
Namun, perlu waktu bagi investor asing untuk berminat mencatatkan net buy kembali di pasar saham Tanah Air, kata William kepada IDX Channel , Senin (16/1).
Senada dengan William, Nafan juga berpendapat pergerakan saham big cap kedepannya bakal terapresiasi seiring rilis kinerja laporan keuangan emiten di kuartal IV yang membaik dan semakin progresif.
Sentimen ini diharapkan bisa mengurangi tekanan dari adanya net sell investor asing yang belakangan terjadi," ujar Nafan.
Periset : Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.