Kementerian ESDM Ungkap Progres Terbaru Bioetanol

Kementerian ESDM Ungkap Progres Terbaru Bioetanol

Ekonomi | BuddyKu | Jum'at, 25 November 2022 - 07:05
share

JAKARTA - Transisi energi nyatanya semakin serius didorong oleh pemerintah dengan mengembangkan ragam-ragam pilihan energi baru terbarukan (EBT). Salah satunya adalah bioetanol sebagai salah satu alternatif energi.

Rampungnya pengerjaan pabrik Gempolkrep di Mojokerto menjadi awal produksi bioetanol di bawah payung usaha PT Sinergi Gula Nusantara atau Sugar Co atau Sugar Co., perusahaan holding bentukan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sebagai informasi, Bioetanol adalah etanol atau senyawa alkohol yang diperoleh melalui proses fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol yang diperoleh dari hasil fermentasi bisa memiliki berbagai macam kadar.

Adapun Bioetanol dengan kadar 90-94% disebut bioetanol tingkat industri. Jika bioetanol yang diperoleh berkadar 94-99,5% maka disebut dengan bioetanol tingkat netral. Umumnya bioetanol jenis ini dipakai untuk campuran minuman keras, dan yang terakhir adalah bioetanol tingkat bahan bakar.

Kadar bioetanol tingkat ini sangat tinggi, minimal 99,5%. Dewan Standarisasi Nasional (DSN) telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bioetanol.

Nasib Bioetanol Saat Ini

Direktorat Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Edi Wibowo mengatakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) siap mengembangkan bioetanol 5% (E5) untuk campuran BBM dengan menyerap produksi 40.000 kiloliter (KL) bahan bakar nabati (BBN) bioetanol dari tebu.

Terkait bioethanol karena keterbatasan bahan baku yang fuel grade, sampai saat ini masih dalam persiapan pilot plant implementasi di surabaya dan sekitarnya, ungkap Edi saat dihubungi TrenAsia pada Kamis, 24 November 2022

Dalam pilot project pemerintah untuk memproduksi bioetanol sebanyak 1,2 juta kiloliter pada 2030 yang akan digunakan sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) fosil.

Menurutnya bioetanol berbeda dengan biodiesel, kendala yang dihadapi pemerintah dalam mengolah bioetanol ada pada pasokan terbatas dan tidak ada insentif seperti biodiesel dari dana sawit.

Edi menambahkan, pemerintah akan mencoba mencari kombinasi pendanaan dan insentif yang terbaik agar program ini terimplementasi dengan baik dan tidak memberatkan para pihak terkait.

Maka dengan adanya pilot project diharapkan pemerintah bisa menilai sudah berapa efektifkah hal ini dapat dilakukan kedepannya. Pemerintah akan menyiapkan rencana jangka panjang mengenai pengembangan pabrik tebu maupun penyediaan lahan, untuk mendukung pengembangan produk bioetanol hingga E20.

Hal ini sejalan dengan regulasi pemerintah dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015 mengatur pengembangan bioetanol E5 pada 2020 dan secara bertahap meningkat ke E20 pada 2025.

Biodiesel Maju Mundur

Saat ditanya mengenai kemajuan proyek biodiesel sudah sejauh apa? Direktorat Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Edi Wibowo mengatakan justru uji jalan dari B30 ke B40 belum selesai dilakukan.

Kalau B30 ke B40 kan juga masih uji jalan belum selesai, katanya.

Rencananya untuk B40, pemerintah akan menyelesaikan uji jalan di akhir Des 2022 atau bahkan di Januari 2023. Maka ia meminta kerja sama semua pihak untuk pengembangan baik Biodiesel hingga bioethanol yang merupakan salah satu jenis energi terbarukan.

Sebagai Informasi, B40 adalah campuran bahan bakar nabati berbasis CPO atau sawit, yaitu Fatty Acid Methyl Esters (FAME). Kadarnya adalah 40%, sementara 60% merupakan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar.

Topik Menarik