Gokil! Cuma Modal Rp2 Juta, Iman Sukses Bikin Kedai Kopi Paling Ngehits di Pandeglang
Mendirikan bisnis memang susah-susah gampang, apalagi kalau kita tidak pandai mencari partner bisnis yang sejalan dengan visi misi kita. Bukan untung yang didapat, malah boncos yang datang.
Tetapi hal tersebut ternyata enggak berlaku untuk Mohamad Imanudin. Pria yang kerap disapa Iman ini sukses mendirikan coffee shop paling laris di Pandeglang , Banten , bersama teman-temannya.
Berawal pada 2018 lalu, Iman yang sedang mengadakan sebuah event di kota Pandeglang melihat peluang bisnis coffee shop yang cukup menjanjikan di kotanya. Saat itu, bisnis coffee shop modern belum menjamur di sana.
Ia akhirnya mengajak tiga sahabatnya, yaitu Andra, Dicky Fadly dan Diki Setiawan untuk memulai bisnis coffee shop dengan konsep anti mainstream tetapi tetap ideal untuk kota Pandeglang. Setelah berdiskusi, mereka akhirnya memilih nama Bitts Coffee untuk nama coffee shop nya.
Mereka mulai berbagi peran. Iman yang saat itu paling tertarik dengan dunia kopi akhirnya memutuskan untuk fokus mencari bahan baku yang cocok untuk coffee shop mereka. Ia bahkan rela mencari biji kopi ke luar kota demi mendapatkan komposisi yang sempurna. Selain itu, ia juga kerap mengikuti kelas pembuatan kopi. Sedangkan Andra, Diki Setiawan dan Dicky Fadly di bagian pendataan, marketing dan dapur.
Akhirnya Bitts Coffee mulai berjalan pada 2018. Karena Bitts Coffee dibentuk dari circle pertemanan, maka sistem pemasaran dan marketingnya pun melewati circle pertemanan juga. Iman mulai mengenalkan dan memasarkan produknya ke tongkrongan-tongkrongan yang ia ikuti.
Akhirnya teman-teman dekat Iman mulai mengenal kopi dari brand Bitts Coffee. Saat itu, produk Bitts coffee dipasarkan secara rumahan. Pemesanan hanya dilakukan melalui WhatsApp dan direct message Instagram.
Sayangnya, karena keterbatasan waktu dan modal, bisnis tersebut sedikit mengalami hambatan di awal.
Iman dan ketiga temannya yang saat itu masih kuliah memiliki keterbatasan waktu untuk menjalankan bisnis ini dengan maksimal. Selain itu, mereka juga kekurangan modal. Akhirnya, Iman memutuskan untuk mengumpulkan modal dari tabungan gabungan miliknya dan ketiga teman-temannya.
Uang yang terkumpul saat itu hanya sebesar Rp2 juta. Dengan uang tersebut, mereka memutuskan
membeli beberapa alat pembuat kopi seperti saringan, kettle dan gilingan kopi.
Walaupun komposisi kopi mereka sudah maksimal dan alat-alat pembuat kopi sudah tersedia.
Sayangnya, hal tersebut belum juga berhasil menarik pelanggan untuk mencoba kopi racikan mereka.
Mereka memang memasang harga yang cukup tinggi untuk kopi racikan mereka. Jadi, pelanggan tentu masih mikir-mikir untuk mencoba kopi buatan mereka. Iman dan teman-temannya berpikir keras agar modal yang mereka keluarkan bisa berputar.
Bukannya menurunkan harga kopi, mereka justru memilih sistem gimmick dan promo-promo dalam marketingnya. Terciptalah varian Thai Tea di coffee shop mereka untuk pancingan awal.
Harga yang dibanderol pun sangat terjangkau. Tetapi soal rasa, tentu tidak main-main. Enggak disangka anomalinya di luar ekspetasi!
Thai tea signature mereka terjual luar biasa banyak di sana. Setelah dirasa cukup mendapatkan atensi, Iman dan teman-temannya mulai mengenalkan kopi racikan mereka.
Dengan manuver promo beli satu gratis satu, Iman mulai mengenalkan varian kopi yang dijual di coffee shop miliknya.
Perlahan-lahan pelanggan mulai mengenal kopi-kopi buatan mereka. Dan lebih luar biasanya lagi, semua terjadi hanya dalam waktu tiga bulan saja! Dalam rentang waktu itu juga Iman dan ketiga temannya bereksperimen demi menelurkan varian kopi baru untuk Bitts Coffee.
Setelah itu, ia akhirnya berani untuk memasarkan kopinya secara offline dengan menyewa tempat sederhana sebagai coffee shopnya. Dengan barang-barang bekas seperti botol dan kayu-kayu bekas, ia dan teman-temannya mulai mendekorasi kedai kopi kecil miliknya.
Ia juga mulai memberikan servis pembuatan kopi secara langsung untuk pertama kalinya di sana. lambat laun, coffee shop mereka mulai berkembang. Ia kemudian mencari tempat yang lebih strategis lagi. Iman juga mulai merekrut beberapa barista baru.
Enggak hanya pria, perempuan juga bisa jadi barista di sana.
Sebelumnya Iman dan temannya enggak pernah mencantumkan papan nama Bitts Coffee di kedainya. Tetapi orang-orang sudah paham dengan kedai kopinya hanya dengan melihat logonya saja.
Hal tersebut menjadi bukti bahwa marketing Iman dan teman-temannya berhasil. Semua terjadi berkat racikan tangan dingin Iman dan teman temannya dan strategi marketingnya yang anti mainstream.
Dengan modal awal Rp2 juta, sekarang penghasilan Bitts Coffee selama setahun bisa mencapai ratusan
juta Rupiah loh!
Meskipun kompetitor sudah bermunculan di Pandeglang, tetapi Bitts Coffee masih menjadi primadonanya. Orang-orang betah untuk berlama-lama di sana karena vibes yang ditawarkan kedai kopi ini berbeda dengan lainnya.
Semua enggak terjadi dengan instan. Iman dan Dicky Fadly, Dicky Setiawan tentu mengalami pasang surut
seperti kekurangan modal, kesulitan bahan baku dan beberapa perbedaan pendapat satu dengan lainnya.
Tetapi hal tersebut bisa terlewati dengan konsistensi dan strategi yang matang, bahkan tanpa promosi sampai ratusan juta. Ketika produk yang kita tawarkan berkualitas, orang-orang pasti berdatangan dan akan kembali lagi.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik!Lets join Z Creators dengan klik di sini .








