Menkeu Sri Mulyani Yakin Ekonomi Dunia Masuk Jurang Resesi pada 2023

Menkeu Sri Mulyani Yakin Ekonomi Dunia Masuk Jurang Resesi pada 2023

Ekonomi | koran-jakarta.com | Rabu, 28 September 2022 - 09:19
share

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meyakini ekonomi dunia akan mengalami resesi pada 2023 karena banyaknya bank sentral berbagai negara yang secara bersamaan menaikkan suku bunga secara ekstrim.

"Resesi ini dipicu oleh banyak bank sentral negara di dunia yang secara bersamaan menaikkan suku bunga secara ekstrim. Hal ini kemudian memicu inflasi, yang kemudian membuat dunia pasti mengalami resesi di 2023," ungkap Sri Mulyani pada Selasa (27/9).

Sri pun mencontohkan beberapa negara yang telah menaikkan suku bunga, seperti Brazil yang menaikkan suku bunga hingga 13,7 persen atau naik 450 bps selama 2022. Begitu pula suku bunga Indonesia sendiri saat ini berada di level 4,25 persen.

"Suku bunga Inggris di 2,25 persen, naik 200 bps selama tahun 2022. AS sudah mencapai 3,25 persen, mereka menaikkan lagi 75 bps. Ini merespon bahwa inflasi 8,3 persen masih belum acceptable ," jelas Sri Mulyani.

Sri Mulyani pun memprediksi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed akan terus menaikkan suku bunga acuan untuk mengendalikan inflasi negeri Paman Sam itu.

"Pengetatan suku bunga yang dilakukan negara maju ini ditujukan untuk meredakan inflasi di negara mereka, dan kondisi ini diikuti oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang terkoreksi ke bawah," ucapnya.

Performa perekonomian global dinilai Sri sudah melemah apabila dilihat dari indikator Purchasing Managers\' Index (PMI) atau indeks manufaktur global yang menurun menjadi 50,3 di Agustus 2022 dari yang sebelumnya berada di angka 51,1.

Sri bahkan menuturkan PMI 40 persen negara telah masuk pada level kontraksi, dan hanya 32 persen yaitu negara-negara seperti Amerika, Jepang, India, Malaysia, Brazil Australia, Singapura, dan Afrika Selatan yang performa PMI-nya mengalami perlambatan, atau kondisinya turun levelnya dari bulan sebelumnya.

"Dan bahkan 40% negara-negara ini, yaitu Eropa, Jerman, Italia, Inggris, Korsel, Kanada, Meksiko, Spanyol, dan Turki, sekarang PMI sudah masuk kepada level kontraksi. Artinya mayoritas melambat dan kontraktif," pungkas Sri.

Walau begitu, Sri menuturkan PMI Indonesia masih mengalami akselerasi dan ekspansi atau meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

"Namun bila dilihat pada negera G20 dan ASEAN-6, hanya sejumlah 24 persen negara yang aktivitas PMI nya mengalami akselerasi dan ekspansi atau meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sejumlah negara tersebut termasuk Indonesia, Thailand, Filipina, Rusia, Vietnam, dan Arab Saudi," paparnya.

Sebelumnya, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dalam laporannya, Senin (26/9), juga mengatakan ekonomi dunia pada 2023 mendatang akan semakin terpukul dari perkiraan sebelumnya karena efek perang Rusia dan Ukraina.

Dalam laporan berjudul "Membayar Harga Perang", organisasi yang berbasis di Paris itu mencatat kalau konflik memperburuk tekanan inflasi ketika biaya hidup sudah meningkat dengan cepat.

Menurut OECD, wabah Covid-19 masih berdampak pada ekonomi global sementara pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga karena bank sentral berjuang untuk mendinginkan harga yang panas.

"Sejumlah indikator telah berubah menjadi lebih buruk, dan prospek pertumbuhan global telah menjadi gelap," sebut laporan OECD.

"Pertumbuhan global terhenti pada kuartal kedua tahun ini dan data di banyak negara sekarang menunjukkan periode pertumbuhan yang lemah," lanjut laporan itu.

Organisasi itu memangkas perkiraan pertumbuhan 2023 untuk ekonomi global menjadi 2,2 persen, turun dari 2,8 persen dalam perkiraan sebelumnya pada Juni.

Topik Menarik