Petani Milenial, Harapan dan Tantangan

Petani Milenial, Harapan dan Tantangan

Ekonomi | BuddyKu | Kamis, 25 Agustus 2022 - 19:21
share

Pertanian tidak boleh berhenti dalam menyediakan stok pangan bangsa. Pertanian harus selalu bergerak maju, mandiri dan modern, agar tercapai produktivitas komoditas pertanian unggulan dan berproduksi tinggi.

Oleh Thina Anggraini, SST, MP

SEKTOR pertanian mengalami pertumbuhan yang menggembirakan pada saat ekonomi Indonesia terkena pandemi Covid-19.

Tahun 2020, sektor pertanian mampu berkontribusi positif sebesar 1,75 persen. Bahkan, triwulan kedua tahun 2022 PDB sektor pertanian mengalami pertumbuhan tertinggi di antara semua sektor lapangan usaha.

Sektor pertanian disebut tumbuh 13,15 persen bila dibandingkan dengan triwulan atau kuartal sebelumnya (q to q).

Tetapi tidak hanya itu, ternyata sektor pertanian juga berkontribusi sebesar 12,98 persen terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) nasional, dan capaian tersebut merupakan kontribusi terbesar ketiga setelah industri pengolahan serta pertambangan dan pengalian, yang nilainya sebesar 12,98 persen.

Tetapi di balik kesuksesan kemajuan sektor pertanian tersebut terdapat beberapa masalah yang begitu mendasar.

Seperti konversi lahan produktif menjadi perumahan dan industri, dan yang tidak kalah penting adalah makin menuanya orang yang menekuni bidang pertanian.

Berdasarkan data BPS per Februari tahun 2022 mencatat penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai 40,64 juta orang dengan rentang usia di atas 60 tahun (24,37 persen), usia 50 -59 tahun (23,86 persen), usia 40 49 tahun (20,04 persen) , usia 30- 39 tahun (16,52 persen), 25-29 tahun (6,79 persen), dan di bawah 25 tahun (8,42 persen).

Dari keseluruhan tenaga kerja di sektor pertanian tersebut sekitar 72,14 persen berpendidikan setara SD ke bawah.

Dari data di atas bisa dibayangkan dengan gambaran kondisi data seperti itu bagaimana mungkin mengandalkan para pelaku utama usaha tani tersebut untuk mampu menopang beban berat seluruhnya.

Ini harus menjadi prioritas utama pemerintah dalam mewujudkan target sasaran pembangunan pertanian, khususnya dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

Meskipun prestasi sektor pertanian begitu menggembirakan, tetapi penurunan generasi milenial untuk menekuni bidang pertanian merupakan masalah yang serius.

Kaum milenial sering terperangkap pada stigma pertanian yang inferior, yang melulu pada usaha yang kumuh, kotor, dan kurang menguntungkan, sehingga lebih baik berurbanisasi ke kota dan memilih usaha yang dianggap lebih mentereng dan menjanjikan.

Pendidikan petani harus terus dipacu agar meningkat dan mampu berakselerasi karena situasi pertanian di Indonesia masih dihadapkan pada rendahnya tingkat pendidikan petani yang relatif rendah.

Pertanian tidak boleh berhenti dalam menyediakan stok pangan bangsa. Pertanian harus selalu bergerak maju, mandiri dan modern, agar tercapai produktivitas komoditas pertanian unggulan dan berproduksi tinggi.

Kunci dari keberhasilan pembangunan pertanian adalah SDM Pertanian. Saat ini, jumlah pelaku pertanian semakin lama semakin menurun.

Minat generasi muda terhadap pertanian kurang, karena dirasa tidak menarik dan tidak memberi masa depan yang menjanjikan.

Harapan akan lahir dan bertumbuhnya generasi muda petani terus berkembang. Petani milenial sangat potensial untuk melanjutkan pembangunan pertanian di Indonesia, karena mereka rata-rata cerdas, adaptif terhadap teknologi dan siap memasuki era pertanian 4.0. Mereka mampu menjadikan pertanian maju, mandiri dan modern dari hulu sampai dengan hilir.

Upaya mencetak, memproses dan menjadikan pemuda perdesaan menjadi petani milenial, diperlukan dukungan dan sinergitas berbagai elemen.

Oleh karena itu upaya regenerasi petani merupakan langkah yang tepat untuk menjamin koherensi aktivitas pertanian dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

Faktor usia petani secara umum tentu saja akan sangat berpengaruh pada kemampuan meningkatkan produktivitas hasil usaha taninya.

Termasuk juga kemampuan untuk beradaptasi dan berinovasi terhadap kemajuan teknologi pertanian yang semakin canggih ini hanya dapat dijalani oleh para generasi milenial.

Inilah saatnya para generasi milenial harus mulai menggantikan para petani yang sudah berusia lanjut tersebut.

Semua ekosistem Petani Milenial harus dihadirkan. Mulai dari pembeli, penyedia lahan, pemberi modal hingga komitmen perguruan tinggi pengembang teknologi pertanian.

Program ini akan menuntut petani muda mengedepankan teknologi dalam mengelola produk pertanian dan mengembangkan inovasi untuk mengubah wajah petani dan pertanian kita.

Apa saja tantangan bagi pelaksanaan Program Petani Milenial di Kalimantan Selatan? Sektor pertanian belum menjadi magnet pekerjaan bagi generasi milenial.
Jumlah petani muda di Kalimantan Selatan masih relatif kecil. Padahal dibutuhkan tenaga baru di bidang pertanian sebagai sektor penyumbang ekonomi terbesar ke-2 di Kalimantan Selatan.

Program ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah keterbatasan tenaga kerja sehingga bisa meningkatkan produktivitas dan mencapai swasembada pangan.

Tantangan lainnya berupa inventarisasi potensi lahan, inventarisasi peluang pasar, penentuan komoditas pertanian, pendataan petani milenial, pengembangan kapasitas, pemberian bantuan benih, bibit, pupuk, pestisida, dan peralatan, serta pemberian fasilitasi pembiayaan dan pemasaran produk.

Sedangkan cakupan siapa saja yang bisa jadi petani milenial, syaratnya berusia 19-39 tahun, dan mengenal inovasi teknologi bidang pertanian.

Petani milenial mempunyai peran penting, mengingat untuk kelanjutan pembangunan di sektor pertanian dibutuhkan dukungan dari manusia di bidang pertanian yang maju, mandiri, dan modern.

Pengembangan sistem pendidikan dan kaderisasi petani milenial ini sangat penting untuk disusun dan digalakan.

Adanya kurikulum untuk proses pendidikan dan kaderisasi yang mudah diikuti oleh pemerintahan daerah dan organisasi masyarakat dalam aplikasinya akan mempercepat perluasan pelaksanaan program petani milenial ini.

Faktor pengungkit produktivitas adalah inovasi teknologi dan sarana prasarana pertanian, serta kebijakan peraturan perundangan termasuk kearifan lokal, yang masing-masing kontribusinya sekitar 25%. Sedangkan kualitas manusia kontribusinya 50% dalam produktivitas.

Pembangunan pertanian membutuhkan peningkatan kualitas manusianya. Petani milenial harus terampil dan menguasai pekerjaannya yang bisa ditempatkan di seluruh sektor dunia usaha dan industri pertanian.

Petani milenial harus mampu masuk dunia usaha dan industri. Kementerian Pertanian RI menargetkan 1 juta petani milenial yang tergabung dalam 40.000 kelompok di tiap daerah.

Inisiasi dari pemerintah pusat ini hendaknya digulirkan terus di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Akan menarik jika disusun parameter baru untuk mengukur keberhasilan pembangunan bagi provinsi dan kabupaten/kota yakni sejauh mana berjalannya program petani milienial ini.

Selain bagi regenerasi petani di dunia pertanian juga diukur tingkat partisipasi petani milenial dalam meningatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani kita.

Dengan berkembangnya gagasan dan praktik petani milenial ini, kekhawatiran akan punahnya profesi petani dapat dibendung signifikan.

Berkembangnya minat kaum muda untuk bertani dan meningatnya kesejahteraan petani akan kian dekat dengan harapan.

Penulis merupakan Statistisi Ahli Muda BPS Provinsi Kalimantan Selatan

Thina Anggraini, SST, MP

Thina Anggraini, SST, MP

Topik Menarik