Impor Baja RI Tembus 10,2 Juta Ton, Kemandirian Industri Jadi Perhatian Erick Thohir

Impor Baja RI Tembus 10,2 Juta Ton, Kemandirian Industri Jadi Perhatian Erick Thohir

Ekonomi | BuddyKu | Jum'at, 5 Agustus 2022 - 10:31
share

JAKARTA Impor baja Indonesia masih masih sangat tinggi atau setara 10,2 juta ton per tahun. Padahal, produksi baja nasional pun tercatat meningkat. Pernyataan tersebut dikonfirmasi langsung Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Dia menilai masifnya importasi baja berdampak pada kemandirian industri baja dalam negeri. Adapun produsen baja milik negara saat ini adalah PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).

Sebagai bahan baku utama pembangunan infrastruktur, impor baja justru menguras atau memboros uang negara, lantaran nilai yang digelontorkan jauh lebih tinggi dibandingkan menggunakan baja produksi dalam negeri.

"Impor baja di Indonesia kurang lebih 10,2 juta ton. Dan produksi kita terus meningkat, tentu kemandirian industri baja dalam negeri ini juga harus menjadi perhatian, kenapa? Karena baja ini merupakan bahan baku utama dalam pembangunan infrastruktur, pembangunan perumahan, properti, dan lain lain. Kalau ini impor kan sayang, kita punya pemasukan sebagai negara," ungkap Erick Thohir dalam sesi wawancara bersama iNews, dikutip Jumat (5/8/2022).

Pemerintah, lanjut Erick, berupaya menguatkan ekosistem baja nasional melalui terintegrasi dari hulu dan hilirnya. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah menggodok KRAS untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM), teknologi, hingga kapasitas produksinya.

Inilah alasan KRAS dan Pohang Iron and Steel Company (Posco) menambah nilai investasi sebesar USD3,5 miliar atau setara Rp52 triliun. Erick yakin kerja sama tersebut akan memperkokoh ekosistem baja nasional.

"Nah inilah kenapa yang kemarin dengan Posco, sebenarnya Krakatau Steel dan dan Posco sudah bekerja sama sangat lama. Tetapi kita ingin terintegrasi hulu dan hilirnya, karena tadi masih punya potensi baja nasional yang kita masih bisa meningkatkan produksinya, sehingga ketergantungan kita pada baja impor bisa kita kurangi," tutur dia.

Lebih lanjut, Erick mencatat Posco melihat keberhasilan transformasi Krakatau Steel yang sukses membalikkan kondisi perusahaan dari rugi menjadi untung, dari perusahaan konvensional menjadi modern.

Bahkan perusahaan asal Korea Selatan itu, mengapresiasi langkah transformasi Krakatau Steel melalui restrukturisasi utang, perbaikan arus kas, efisiensi, dan proses bisnis yang baik.

"Bayangkan bertahun-tahun, delapan tahun rugi terus, tapi tahun lalu Krakatau Steel sudah bisa untung Rp800 miliar," katanya.

Bagi Erick peningkatan kerja sama investasi tak sekadar memperkuat daya saing BUMN, melainkan juga mampu menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi secara nasional.

(akr)

Topik Menarik