Elemen Pertembakauan Tolak Kenaikan Cukai Rokok

Elemen Pertembakauan Tolak Kenaikan Cukai Rokok

Ekonomi | wartaekonomi | Rabu, 20 Juli 2022 - 06:43
share

Rencana pemerintah menaikkan cukai rokok dinilai seluruh elemen ekosistem pertembakauan memiliki nilai kerugian. Mulai dari ruginya petani tembakau sampai pada devisa negara. Pasalnya, Cukai Hasil Rokok (CHT) menjadi penyumbang devisa negara mencapai Rp200 triliun.

Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) Hananto Wibisono mengatakan bersepakat menolak intervensi asing dalam pembuatan kebijakan sekaligus menolak rencana kenaikan CHT yang tinggi. Dalam ekosistem pertembakauan, saat ini rokok menjadi tulang punggung bagi 2 juta petani tembakau dan 1,5 juta petani cengkeh, serta jutaan karyawan.

"Kami berharap aturan yang dibuat dapat berimbang dan regulasi yang diberikan kepada ekosistemnya dapat berimbang dan berkeadilan," kata Hananto dalam acara Pernyataan Sikap Ekosistem Pertembakauan Menolak Intervensi Asing Dalam Pembentukan Perundangan & Kenaikan Cukai, Selasa, (19/7/2022) di Jakarta.

Sebelumnya, penolakan pernyataan sikap seluruh ekosistem pertembakauan ini dituangkan dalam dokumen sah yang disaksikan oleh perwakilan kepala daerah dan perwakilan legislatif. Dokumen tersebut akan diteruskan kepada Presiden Jokowi sebagai permohonan dan wujud nyata aspirasi elemen ekosistem pertembakauan yang selama ini ditekan.

Para elemen tersebut ialah Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI), Gabungan Pabrik Rokok Surabaya (Gaperosu), Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo), dan Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI).

Lalu, Gabungan Perusahaan Rokok Malang (Gaperoma), Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP RTMM), Mitra Produksi Sigaret Indonesia (MPSI), Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Pemuda Tani HKTI, Asosiasi Koperasi Ritel Indonesia (AKRINDO), Komunitas Perokok Bijak (Kojak), dan Lembaga Konsumen Rokok Indonesia (LKRI).

Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Soesono berharap, lewat tembusan surat resmi pernyataan sikap itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat berkenan memberikan perlindungan dan berpihak pada perjuangan para petani tembakau yang sedang bertahan hidup, mulai dari permasalahan iklim cuaca yang memengaruhi hasil panen tembakau, pengendalian regulasi yang tidak transparan, hingga opsi kenaikan cukai.

"Sebagai elemen ekosistem pertembakauan di sisi paling hulu, petanilah yang selalu menjadi korban paling akhir dari berbagai kebijakan yang tidak adil dan berimbang. Petani yang paling terbatas aksesnya terhadap upaya perlawanan kampanye dan intervensi asing. Di sini kami secara tegas menolak peraturan dan kebijakan yang tidak adil terhadap eksosistem pertembakauan dan kenaikan CHT tinggi yang tidak terprediksi," ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) Dahlan Said juga berharap pemerintah dapat kembali memberi perhatian dan memperjuangkan komoditas tembakau dan cengkeh yang saat ini terus tergerus oleh tekanan pihak asing dan kampanye negatif. Padahal, kedua komoditas ini selayaknya dipertahankan dan dikembangkan agar terus dapat berkontribusi bagi negeri.

Perwakilan Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan dan Minuman (FSP RTMM) juga secara tegas menyampaikan bahwa para pekerja tidak kenal lelah memperjuangkan sektor yang menjadi tumpuan mata pencaharian bagi 6 juta tenaga kerja ini. Pasalnya, setiap tahun jumlah pabrikan terus menurun.

Pada tahun 2011 masih berproduksi 1.540 pabrik, tetapi sampai sekarang tinggal sekitar 487 pabrik rokok. Begitu juga dengan produksi, bahkan produksi rokok di bulan Mei 2022 menjadi yang terendah dalam 14 bulan terakhir. Akibatnya, mata pencaharian terancam.

"PHK terus membayangi, apalagi dengan rencana revisi peraturan pengendalian yang tidak ada ujung pangkalnya disertai kenaikan cukai tinggi yang terus saja datang," kata dia.

Ketua Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo) Benny Wahyudi berharap pemerintah memasukkan industri hasil tembakau (IHT) ke sektor yang dibiayai program pemulihan ekonomi nasional.

"Alih-alih mendapat insentif, tarif cukai hasil tembakau kembali dinaikkan. Begitu juga untuk tahun depan, industri harap-harap cemas. Industri kian tercekik karena produksi terus menurun," ujarnya.

Sementara itu, Bupati Temanggung AL Khadzig mengatakan, persaingan industri rokok membuat pasar rokok kretek di pasaran menyempit. Hal ini dipengaruhi seperti pembatasan aturan area merokok, iklan merokok, produk rokok yang tidak dapat menjadi sponsor olahraga, dan kerugian lainnya. "Cukai rokok ini terus naik dan harga rokok makin tinggi akibatnya volume penjualan terus menurun," keluh dia.

Anggota DPR Dari Fraksi PKB Luluk Hamidah mengajak agar semua elemen masyarakat untuk berkomitmen mendorong kualitas tembakau nusantara. Menurutnya, tembakau telah menjadi warisan sejarah, budaya, dan mendarah daging bagi masyarakat khususnya di sentra tembakau. Di sisi lain, telah menjadi penopang utama perekonomian rumah tangga. Karenanya, Indonesia adalah penghasil kretek dan tembakau terbaik dunia.

Anggota DPR RI Fraksi Golkar Yahya Zaini juga menambahkan bahwa untuk mempertahankan ekosistem pertembakauan, seluruh elemen harus bersatu dan memperjuangkan advokasi masyarakat, regulasi, serta perjuangan politisi.

Topik Menarik