Waspadai Resesi Global, Jika Abai Inflasi di Indonesia Bisa Meroket

Waspadai Resesi Global, Jika Abai Inflasi di Indonesia Bisa Meroket

Ekonomi | BuddyKu | Senin, 13 Juni 2022 - 13:12
share

IDXChannel - Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, meminta semua pihak untuk waspada dengan terjadinya resesi global. Jika tidak ditangani dengan baik, tidak menutup kemungkinan kenaikan inflasi juga akan menyasar Indonesia.

Menurutnya peningkatan inflasi tersebut bakal berdampak pada pelaku usaha di dalam negeri ketika hendak melakukan Refinancing Utang atau mengakses pendanaan dari lembaga kredit.

"Inflasi yang bersifat kontinu akan meningkatkan risiko percepatan kenaikan suku bunga, beberapa pelaku usaha yang alami kenaikan debt to equity ratio akan berat saat melakukan refinancing utang," ujar Bhima saat dihubungi MNC Portal, Senin (13/6/2022).

Bhima menjelaskan ketika resesi global mengancam Inflasi di Amerika Serikat, maka The Fed bakal menaikan suku bunga acuan, Fed Funs Rate (FFR) untuk mengerem Inflasi.

Hal tersebut yang bakal berdampak juga pada kenaikan suku bunga di dalam negeri. Sebab bagiamanapun Kebijakan moneter AS menjadi acuan arah kebijakan moneter di negara lain, termasuk Indonesia.

"Semakin persisten inflasi dan tinggi, maka Fed rate akan naikkan bunga hingga 3 kali di 2022," kata Bhima.

Jika kebijakan moneter tersebut diterapkan maka para pelaku usaha cenderung menahan ekspansi bisnisnya untuk mengurangi beban kewajiban terhadap perbankan. Akhirnya beberapa perusahaan di dalam negeri akan cenderung menunda ekspansi bisnisnya.

"Akan hambat ekspansi dunia usaha, khususnya di masa pemulihan. bahkan PMI manufkatur yang menjadi indikator ekspansi industri pengolahan bisa mengalami penurunan apabila cost of fund terlalu tinggi," lanjut Bhima.

Jika para pelaku usaha menahan untuk melakukan ekspansi bisnis, kebutuhan akan tenaga kerja pada akhirnya bakal berkurang. Selanjutnya peningkatan angka pengangguran akan menjadi ancaman.

Seperti diketahui adanya konflik Rusia-Ukraina telah membuat gangguan terhadap rantai pasok global, hal tersebut berdampak pada kenaikan harga barang dan komoditas secara signifikan.

Gangguan distribusi global itu akhirnya akan memicu juga ongkos transportasi sehingga menciptakan push inflation dan imported inflation atau perubahan nilai tukar sehingga berdampak pada naiknya harga impor dari luar negeri. (TYO)

Topik Menarik