Dipercaya Kelola Dana Pensiun BUMN IFG Patuhi GCG Ya Biar Nggak Kayak Jiwasraya

Dipercaya Kelola Dana Pensiun BUMN IFG Patuhi GCG Ya Biar Nggak Kayak Jiwasraya

Ekonomi | BuddyKu | Sabtu, 4 Juni 2022 - 07:55
share

Perusahaan Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Asuransi Penjaminan, dan Investasi atau IFG (Indonesia Financial Group) akan mengelola dana pensiun (dapen) seluruh BUMN. Holding itu diwanti-wanti tak mengulangi kasus Jiwasraya dan Asabri.

Analis senior bidang Perasuransian serta Arbiter Badan Mediasi & Arbitrase Asuransi Indonesia, Irvan Rahardjo menuturkan, IFG harus mampu mengelola dana jumbo dengan baik jika nanti mengelola dapen BUMN.

Menurutnya, terdapat berbagai risiko yang harus dicermati industri asuransi dan dana pensiun dalam mengelola dana jangka panjang. Risiko-risiko itu di antaranya capital loss , likuiditas emiten, dan perusahaan yang memutuskan untuk delisting ( default ).

Ini menyangkut kewajiban jangka panjang bagi peserta. Dananya pun tak kecil. IFG harus mencermati berbagai celah yang berpotensi menyebabkan kerugian, imbuhnya kepada Rakyat Merdeka , kemarin.

Ia menilai, IFG dapat mencegah risiko pertama dengan kebijakan perdagangan saham atau rencana investasi yang matang. Selanjutnya, risiko kedua dan ketiga yang berkaitan dengan kebijakan investasi, harus didasari dengan tata kelola perusahaan yang baik ( Good Corporate Governance /GCG).

Irvan berharap, IFG dan regulator dapat mengambil pelajaran dari kasus Jiwasraya maupun Asabri. Perusahaan dituntut patuh terhadap peraturan dan perundangan, serta menjalankan prinsip GCG.

Sebelumnya, Kementerian BUMN menunjuk IFG sebagai pengelola dapen, dengan harapan agar isu investasi yang bermasalah tak terjadi lagi di masa depan seperti yang dialami Jiwasraya maupun Asabri.

Rencana itu tengah didiskusikan dengan Menteri BUMN Erick Thohir. Salah satu pilihannya, mungkin digabungkan di dalam pengelolaan Bahana TCW atau IFG, kata Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo dalam Konferensi Pers IFG Conference 2022 di Jakarta, Senin (30/5).

Itu yang kami rencanakan. Sekarang kan dapen Bank Mandiri sendiri, BRI sendiri. Bukan dapennya yang digabungkan ya, tapi pengelolaan investasinya, jelas pria yang akrab disapa Tiko ini.

Dengan begitu, lanjutnya, strategi investasi hingga pilihan asetnya bisa diseragamkan. Sehingga kepastian pembayaran dapen lebih baik ke depannya. Sebagai gambaran, saat ini tercatat ada 108 dana pensiun perusahaan pelat merah yang masih terpisah-pisah.

Mantan bos Bank Mandiri itu menilai, asuransi merupakan produk yang penting untuk menjaga risiko dari kehidupan. Seperti risiko terjadinya kebakaran rumah, kecelakaan, hingga anggota keluarga yang sakit.

Karenanya, selain perlu terus disosialisasikan ke masyarakat, khususnya kalangan milenial. Juga perlu diedukasi bahwa asuransi adalah produk yang bersifat proteksi, bukan produk investasi.

Meskipun ada investasi jangka pendek untuk mendapatkan return , namun asuransi dapen ini merupakan investasi jangka panjang untuk menjamin hari tua sehingga butuh waktu 20-25 tahun ke depan.

Ini yang kadang orang salah, beli asuransi untuk cari return. Padahal kalau cari return ya reksa dana, atau beli saham. Asuransi ya untuk proteksi. Itu dua hal terpisah. Ini yang mau kami pisahkan juga, terang Tiko.

Tiko mencontohkan, di negara maju, alokasi asuransi untuk proteksi hari tua tinggi, berbeda bila dibandingkan di Indonesia.

Ia memaparkan, pangsa pasar asuransi hanya mencapai 8,5 persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto). Sedangkan dana pensiun sebesar 2,7 persen terhadap PDB. Sementara perbankan memiliki total aset mencapai 59,5 persen terhadap PDB. Dan, kapitalisasi pasar modal mencapai 45,2 persen terhadap PDB.

Orang Indonesia kebanyakan di cash . Jadi yang dialokasikan untuk menjaga proteksi hari tua masih kecil, katanya.

Karena itu, bila pengelolaan investasi dapen ini di bawah satu payung, diharapkan bisa menjaga keseimbangan antara pertumbuhan aset dengan liabilitasnya. Sehingga hal ini terus dikaji dan didiskusikan lebih detail, agar nantinya aset yang dikembangkan tetap aman. Dan, tidak digunakan untuk sembarang investasi.

Jangan sampai, pada saat orang pensiun, mau ambil dananya, tapi asetnya nggak sampai mengejar liabilitasnya seperti kejadian Jiwasraya, dan Asabri. Jangan sampai mengalami hal yang sama, ingat Tiko.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama IFG Robertus Bilitea mengaku, pihaknya telah membuat kajian atas penggabungan pengelolaan investasi dapen tersebut.

Kami sudah diskusi, sudah ada kajiannya. Hasilnya, kami sampaikan ke Pak Wamen Tiko. Nanti, kami bicarakan juga hal ini dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk lihat seperti apa regulasinya, ucapnya.

Ia memastikan, penggabungan pengelolaan ini memiliki tujuan yang jelas terkait pembayaran dana para pensiunan di masa mendatang.

Kami ingin pengelolaan investasi dilakukan oleh satu, dua, atau tiga perusahaan saja untuk memastikan ketersediaan dananya saat membayar pensiunan, tutupnya.

Mengedepankan GCG

Advisor Departemen Pengawasan Khusus IKNB (Industri Keuangan Non Bank) OJK Sumarjono mengatakan, rencana Kementerian BUMN terhadap IFG diyakini mampu memperkuat program dapen.

Kami menghargai Kementerian BUMN mengembangkan dan memperkuat dana pensiunnya lewat pengawasan IFG dengan konsolidasi, ujar Sumarjono di kesempatan yang sama.

Namun ia mengingatkan, agar implementasi rencana tersebut harus mempertimbangkan peraturan yang berlaku. Serta didasari oleh kepentingan peserta program tersebut.

Hingga Maret 2022, OJK mencatat aset bersih dana pensiun mencapai Rp 392,8 triliun atau naik 5,85 persen year on year (yoy). Menurutnya, kinerja keuangan dapen termonitor cukup baik meski pandemi belum usai.

Nilai investasi dana pensiun di periode Maret 2022 mencapai Rp 321,45 triliun atau naik 5,84 persen (yoy). Performa positif ini menunjukkan sektor ini masih atraktif. Ke depan diharapkan akan terus membaik, harap Sumarjono.

Topik Menarik