Kementerian Investasi Siapkan Dua Kawasan Bangun Industri Hijau

Kementerian Investasi Siapkan Dua Kawasan Bangun Industri Hijau

Ekonomi | republika | Senin, 23 Mei 2022 - 21:44
share

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah Indonesia menyiapkan dua kawasan industri untuk membangun industri hijau di Tanah Air, yakni di Batang, Jawa Tengah dan Tanah Kuning, Kalimantan Utara.

"Semua kita lakukan dalam rangka bagaimana membangun ekosistem industri yang ramah lingkungan dan energi baru terbarukan. Bagaimana Indonesia menyiapkan itu? Kami sudah menyiapkan dua kawasan industri terbaik sekarang," katanya dalam diskusi di World Economic Forum (WEF) 2022 Davos, Swiss, yang dipantau secara daring dari Jakarta, Senin (23/5/2022).

Bahlil menjelaskan, lokasi kawasan industri Batang sangat strategis, yakni hanya 350 meter dari tol, dan dekat dengan akses kereta api dan pelabuhan. Selain itu, lokasinya bisa dicapai dalam waktu tempuh satu jam dari Kota Semarang. Harga tanahnya yang kompetitif merupakan salah satu keunggulan kawasan industri Batang.

"Ini industrinya memakai energi baru terbarukan dari PLN dan dapat sertifikat," kata Bahlil.

Selain di Batang, kawasan industri lain yang tengah disiapkan adalah kawasan industri hijau terintegrasi di Tanah Kuning, Kalimatan Utara (Kaltara). Kawasan industri hijau Kaltara diklaim sebagai kawasan industri hijau terbesar dunia dengan lahan seluas 30.000 hektare. Kawasan tersebut diperkirakan akan menghasilkan 8.000 MW listrik dari PLTA, 10.000 MW solar panel dan 2,9 TCF gas.

"Ini salah satu kawasan yang didesain akan jauh lebih baik dan besar. Dan ini cukup luar biasa sekali untuk dimanfaatkan," katanya.

Di hadapan pebisnis yang hadir di agenda pertama Indonesia di WEF 2022 itu, Bahlil juga memastikan akan membantu para investor menanamkan modalnya di Indonesia.

"Teman-teman investor kalau mau datang, kami akan bantu secara maksimal untuk kita bisa kolaborasi. Saya pikir, kompetisi itu penting di antara negara-negara. Tapi kolaborasi di antara negara-negara jauh lebih penting untuk kita menghasilkan satu output terbaik bagi dunia," kata Bahlil.

Topik Menarik