Negara-negara Ini Disebut-sebut Jadi Korban Jebakan Utang China

Negara-negara Ini Disebut-sebut Jadi Korban Jebakan Utang China

Ekonomi | sindonews | Senin, 18 April 2022 - 17:19
share

JAKARTA - Istilah jebakan utang China kembali menggema setelah Sri Lanka mengalami krisis ekonomi terparah dalam sejarahnya. Negara berpenduduk 22 juta jiwa ini untuk pertama kali sejak kemerdekaannya, dinyatakan tidak mampu alias gagal membayar utang luar negerinya.

Banyak yang percaya bahwa keterkaitan ekonomi Sri Lanka dengan China menjadi faktor utama di belakang krisis ini, yakni gagal bayar atas pinjaman pembangunan infrastruktur di Sri Lanka yang dibiayai China. Salah satunya adalah proyek pelabuhan Hambantota yang merugi, di mana Sri Lanka terpaksa menyewakan pelabuhan itu kepada kelompok pedagang China selama 99 tahun.

Amerika Serikat (AS) menuding fenomena ini sebagai "diplomasi jebakan utang China". China, disebut dengan sengaja menawarkan pinjaman kepada negara lain untuk membangun proyek-proyek mahal dengan keuntungan minim. Tujuan akhirnya adalah agar Beijing bisa mengambil kendali atas aset-aset tersebut saat peminjam kesulitan membayar utangnya.

Namun, narasi itu disangkal oleh China. Beijing bahkan menuduh beberapa pihak di Barat sengaja mempromosikan narasi ini untuk menodai citra negara tersebut. Terlepas dari itu, China dengan proyek Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative) diketahui royal memberikan utang kepada banyak negara.

Merangkum berbagai sumber, berikut beberapa negara yang diketahui mengalami kesulitan ekonomi setelah terbelit utang China:

1. Sri Lanka

Sri Lanka memiliki utang luar negeri lebih dari USD50 miliar (sekitar Rp715 triliun). Dari jumlah itu, mengutip DW.com, sekitar 10% dari utang itu berasal dari China, atau sekitar USD3,4 miliar (Rp48,6 triliun).

Utang China itu antara lain dalam proyek Colombo Port City. Dijuluki sebagai kemitraan publik-swasta (PPP) antara Pemerintah Sri Lanka dan CHEC Port City Colombo (CPCC) Private Limited, proyek dipublikasikan membuka banyak peluang kerja dan pendapatan bagi Sri Lanka.

Namun, yang jarang dibicarakan adalah fakta bahwa dari 269 hektare lahan reklamasi, 43% akan dikuasai oleh CPCC melalui perjanjian sewa 99 tahun. Ini mengingatkan pada pengambilalihan pelabuhan Hambantota dengan sewa 99 tahun oleh China Merchant Port Holdings (CMPH).

2. Angola

Salah satu negara Afrika yang memiliki utang terbesar ke China adalah Angola. Angola memiliki utang USD14,5 miliar dari CDB dan USD5 miliar dari Export-Import Bank of China. Negara ini juga memiliki pinjaman dari ICBC, pemberi pinjaman terbesar di China.

Menteri Keuangan Angola Vera Daves de Sousa mengatakan, negara itu akan meningkatkan cicilan pinjamannya ke China untuk melunasi utang ke negara tersebut. Tercatat, utang publik Agola mencapai USD67,5 miliar atau sekitar Rp965 triliun. Angola menggunakan sebagian penjualan minyaknya untuk membayar utangnya.

3. Kenya

Kenya disebut-sebut bisa mengalami nasib seperti Sri Lanka. Negara itu dinilai dapat dibuat untuk menyerahkan kendali atas pelabuhannya di Mombasa jika gagal membayar pinjaman sebesar USD3,6 miliar dari China yang digunakan untuk membangun proyek Mombasa-Nairobi Standard Gauge Railway (SGR).

Namun, pemerintah China dan Kenya menyangkal bahwa pelabuhan Mombasa adalah jaminan untuk pinjaman tersebut. Akan tetapi, keduanya menolak memberikan penjelasan terkait kontrak proyek tersebut, sehingga persyaratan pasti dari kontrak itu tetap diselimuti rahasia.

4. Tajikistan

Negara ini juga merupakan salah satu pemegang utang luar negeri terbesar ke China. Data dari Kementerian Keuangan Tajikistan menunjukkan, China Export-Import Bank memegang lebih dari USD1,1 miliar dari total utang luar negeri Tajikistan senilai USD3,2 miliar pada tahun 2020.

Beijing disebut telah merebut beberapa konsesi dari negara-negara ini, terutama penyerahan 1.158 km persegi wilayah di pegunungan Pamir dan meningkatnya kehadiran Perusahaan Militer Swasta China (PMC) untuk memberikan keamanan bagi proyek infrastruktur di Asia Tengah.

5. Montenegro

Di Eropa, Montenegro tengah berjuang untuk membayar kembali pinjaman ke China untuk jalan raya yang dibangun oleh China Road and Bridge Corporation. Negara Adriatik berpenduduk 620.000 orang itu meminjam sebesar USD944 juta dari China pada tahun 2014 untuk mendanai jalan raya yang setelah selesai, akan menghubungkan pelabuhan utama Bar dengan tetangganya, Serbia yang terkurung daratan.

Tetapi, pekerjaan tak kunjung selesai sementara dananya telah dihabiskan. Lebih buruk lagi, kontrak proyek tersebut menyatakan bahwa jika Montenegro akhirnya tidak dapat membayar kembali pinjaman, negara harus menyerahkan sebagian wilayahnya ke China.

Tahun lalu, lembaga penelitian yang berbasis di AS AidData menyebutkan, ada lebih dari 40 negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang eksposur utangnya kepada China lebih dari 10% dari ukuran output ekonomi tahunannya (PDB).

Topik Menarik