Daerah Defisit Pangan Diintervensi

Daerah Defisit Pangan Diintervensi

Ekonomi | koran-jakarta.com | Sabtu, 9 April 2022 - 07:45
share

JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus memantau perkembangan produksi komoditas pangan di lapangan. Pengawasan ketat khusus dilakukan selama Ramadan hingga Lebaran.

Pejabat eselon 1 Kementan sengaja ditugaskan untuk turun ke daerah-daerah memantau perkembangan stok dan produksi di lapangan, melakukan mapping mana zona merah dan zona hijau. Zona merah menunjukkan daerah itu defisit, sementara zona hijau menandakan tak ada masalah stok dan produksi.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menegaskan instansi tersebut secara khusus memantau produksi dan ketersediaan. Dia menambahkan kemampuan produksi pangan setiap daerah berbeda-beda. Ada yang defisit, tetapi ada pula yang kelebihan produksi atau surplus. Untuk daerah yang defisit itu, pemerintah tentu akan intervensi.

"Apabila ada daerah yang defisit akan dibantu oleh daerah yang surplus. Banten misalnya, kekurangan stok telur maka akan dibantu oleh Jawa Timur, begitu juga daerah daerah lainnya," tegasnya saat meninjau Ketersediaan Stok Pangan di Toko Tani Centre, Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (8/4).

Mentan memastikan stok 12 pangan pokok aman. Dirinya mengakui menghadapi bulan Ramadan memang terjadi dinamika harga. Belum lagi ditambah dengan dampak dari geopolitik di kawasan Eropa Timur (Russia vs Ukraina) yang memberi efek terhadap harga pangan global.

Terkait perkembangan produksi, stok dan dinamika harga, dirinya telah menyampaikannya terhadap Presiden. Dia mengatakan kerja sama lintas intansi saat ini sangat diperlukan, termasuk dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan juga pemda.

Dalam kesempatan terpisah, menanggapi kenaikan harga beberapa komoditas pangan sepanjang Ramadan ini, Anggota Komisi VI DPR RI, Nevi Zuairina, meminta adanya pengendalian harga pangan dengan membuat skenario jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Nevi berharap pemerintah dapat mengontrol lonjakan harga komoditas sehingga dapat meredam kenaikan inflasi. Persoalan supply-demand dan distribusi jangan sampai terkendala.

Dia menjelaskan faktor eksternal dan internal sangat besar mempengaruhi produksi pangan nasional. Meski demikian, sumber daya alam dalam negeri sangat besar untuk menumbuh kembangkan kapasitas produksi pangan tertentu yang menjadi unggulan.

Karena itu, Nevi mengatakan perlunya penyusunan roadmap jangka pendek, menengah, dan panjang. "Mulai dari perbaikan sistem produksi, instrumen distribusi, manajemen logistik, baik gudang penyimpanan maupun teknologi pengemasan, hingga penentuan harga yang dikendalikan pemerintah," pungkasnya.

Pengendalian Lambat

Peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, menilai pemerintah terlambat mengantisipasi gejolak kenaikan harga sejumlah komoditas pangan. Kondisi ini sangat ironi sebab ada komoditas yang siklusnya sudah terbaca akan naik jelang Ramadan. Semestinya, hal itu sudah bisa diantisipasi secara dini.

Huda mencontohkan komoditas yang siklusnya sudah jelas adalah daging, namun pemerintah terlambat mengendalikannya. Huda berasalan fokus pemerintah tersedot untuk mengurus minyak goreng yang harganya tak kunjung turun, padahal sudah terjadi sejak Oktober tahun lalu.

Topik Menarik