Harta Miliarder Rusia Raib Rp459 Triliun Imbas Konflik Ukraina yang Memanas

Harta Miliarder Rusia Raib Rp459 Triliun Imbas Konflik Ukraina yang Memanas

Ekonomi | sindonews | Kamis, 24 Februari 2022 - 08:43
share

MOSKOW - Miliarder Rusia telah kehilangan hartanya sebesar USD32 miliar atau setara dengan Rp459,16 triliun (Kurs Rp14.346 per USD) sepanjang tahun ini. Sanksi yang berkepanjangan berarti bakal lebih banyak hartaOligarki ultra-kaya Rusia yang hilang menyusul memanasnya konflik Rusia dan Ukraina .

Tercatat 23 miliarder di Rusia saat ini memiliki kekayaan bersih USD343 miliar yang jika dirupiahkan mencapai Rp4.920 triliun (Kurs Rp14.345 per USD), menurut peringkat Bloomberg. Angka tersebut mengalami penurunan dari USD375 miliar pada akhir tahun 2021 lalu.

Gennady Timchenko, seorang oligarki yang memiliki hubungan keluarga dengan Putin, telah menjadi pecundang terbesar dari krisis tersebut, dengan sepertiga dari kekayaannya musnah tahun ini.

Dia adalah salah satu dari tiga orang bersama Boris dan Igor Rotenberg yang menjadi sasaran dari sanksi Inggris. Amerika Serikat (AS) juga menargetkan orang-orang Kaya Rusia, yang berarti kerugian mereka bisa meningkat tajam.

Sebelumnya hari ini Menteri Luar Negeri Liz Truss menolak untuk mengesampingkan sanksi terhadap Roman Abramovich, pemilik miliarder Chelsea Football Club.

Terdapat strategi kepentingan dalam konflik Rusia dan Ukraina. Ini tentu bisa menjadi pertandingan yang berbahaya bagi Moskow.

Sanksi terhadap bank-bank besar Rusia, terutama bank-bank negara akan merugikan. Tetapi Presiden Putin mungkin menghitung bahwa AS, Inggris dan Uni Eropa memiliki kepentingan strategis yang sedikit berbeda untuk dipertimbangkan.

Jelas lebih mudah bagi beberapa negara untuk menjatuhkan sanksi pada industri minyak dan gas Rusia daripada yang lain. Uni Eropa, misalnya mendapat 40% pasokan gas alamnya dari Rusia. Inggris mendapat sekitar 3%. Keputusan Jerman untuk menunda pipa gas Nord Stream 2, bakal memberi tekanan Rusia tetapi akan berdampak langsung pada harga energi di Eropa barat juga.

Presiden Putin tidak memegang uang dan aset lainnya di luar negeri atas namanya sendiri karena alasan yang jelas. Tetapi jaringan pendukung dengan jajaran orang super kaya melakukan untuknya.

"Ada beberapa sanksi terhadap oligarki sejak 2014, tetapi dampaknya belum terasa besar. Perubahan hanya akan terjadi jika mereka jauh lebih ditargetkan," kata Prof Tomila Lankina dari London School of Economics.

London menjadi fokus dengan jaringan perusahaan yang sudah lama berdiri, portofolio properti dan pengaruh politik. Pemerintah Inggris sekarang telah mengumumkan sanksi baru terhadap individu tertentu.

Kelompok anti-korupsi Transparency International mengatakan ada sekitar 1,5 miliar pounds uang Rusia yang diinvestasikan di properti London saja, sedangkan sebagian besar dari dana mereka disimpan di negara surga pajak.

Topik Menarik