The Fed Pastikan Tapering Off, IHSG Kembali Lesu

The Fed Pastikan Tapering Off, IHSG Kembali Lesu

Ekonomi | republika | Kamis, 27 Januari 2022 - 11:30
share

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (27/1), setelah sempat ditutup naik pada perdagangan kemarin. Pada pembukaan sesi pertama hari ini, IHSG langsung terkoreksi dan tersungkur ke posisi 6.586,85

Menurut Phillip Sekuritas Indonesia, pelemahan IHSG ini sejalan dengan pergerakan indeks saham di Asia yang dibuka variatif. Indeks saham di Asia cenderung melemah setelah indeks saham utama di Wall Street semalam bergerak liar pada menit-menit akhir sesi perdagangan.

Sementara itu, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury note) bertenor 10 tahun naik 6 bps menjadi 1,85 persen. Investor mengevaluasi sinyal yang dikirimkan oleh ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dalam konferensi pers pascapertemuan kebijakan Federal Open Market Committee (FOMC).

FOMC memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan Federal Fund Rate (FFR) di hampir 0 persen namun memberi peringatan akan segera menaikkan kisaran target suku bunga FFR. FOMC juga mempertegas rencananya untuk menuntaskan program bulanan pembelian aset pada awal Maret.

"Ini mengindikasi bahwa kenaikan suku bunga pertama akan menjadi kenyataan dalam waktu enam minggu lagi," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Kamis (27/1).

Lebih lanjut, FOMC mempertegas aktifitas ekonomi AS terus menguat di tengah penyebaran varian Omicron. Sehingga, Jerome Powell dalam konferensi persnya mengindikasi langkah The Fed kali ini akan di laksanakan dengan tempo yang berbeda dibandingkan dengan apa yang di lakukan di tahun 2015 karena saat ini ekonomi dan pasar tenaga kerja AS jauh lebih kuat dan tekanan inflasi lebih tinggi.

Di pasar komoditas, harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah jenis Brent sempat menembus 90 dolar AS per barel untuk pertama kali sejak 2014. Lonjakan ini terjadi di tengah peningkatan ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukrania serta jumlah pasokan global yang masih ketat pada saat permintaan mulai bangkit.

Topik Menarik