Investasi Kian Beragam, Begini Saran dari Para Narasumber di Investment Outlook 2022

Investasi Kian Beragam, Begini Saran dari Para Narasumber di Investment Outlook 2022

Ekonomi | jatimtimes.com | Kamis, 20 Januari 2022 - 19:40
share

JATIMTIMES - Pandemi Covid 19 mendorong perubahan pola perilaku dan cara berinvestasi sebagian besar orang. Hal ini ditopang pula dengan kemunculan beragam jenis investasi berbasis online yang semakin memudahkan orang untuk mendapatkan keuntungan di mana pun dan kapan pun hanya dengan bemodalkan ponsel pintar.

Melihat fenomena ini, 4 instansi yakni Universitas Brawijaya, PT BPF Malang, PT Bursa Berjangka Jakarta, dan PT Kliring Berjangka (Persero) bekerja sama menghelat Investment Outlook 2022 dengan tema "Pilihan Cerdas Investasi di Era New Normal".

Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) Fajar Wibhiyadi mengatakan, saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai peluang investasi yang cukup menjanjikan dengan transaksi yang semakin mudah dan cepat.

Namun demikian, masyarakat juga harus menjadi investor yang cerdas dengan memilih perusahaan investasi yang legal dan terdaftar di badan pengawas pemerintah.

Khusus di pialang berjangka maka harus diperhatikan dulu apakah pialang tersebut terdaftar atau tidak di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi.
Selanjutnya ialah pelajari risiko. Setiap investasi memiliki risikonya sendiri. Semakin tinggi tingkat return yang dihasilkan maka semakin tinggi pula risikonya.

"Jangan pernah tergiur dengan tawaran fixed income ," tandasnya.

Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta Stephanus Paulus Lumintang menjelaskan, akibat Covid-19 melanda telah terjadi perubahan radikal dalam kehidupan dan perputaran ekonomi sehingga dibutuhkan fleksibilitas dalam segala hal.

Pada 2022, Pemerintah Republik Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,8 persen -5,9 persen. Tingkat optimisme ini karena terjadi super cylce commodity.

Sejak akhir 2021, sejumlah harga komoditi mengalami lonjakan harga seperti CPO, Kopi, Kakao dan komoditi lainnya. Hal ini berimbas positif terhadap return pada kontrak komoditi di pasar bursa berjangka.

Di sisi lain, Ekonom Universitas Brawijaya, Wildan Syafitri mengatakan bahwa faktor kenaikan harga komoditas saat ini disebabkan oleh suply chain yang mengalami penurunan. Tren peningkatan harga tersebut mendorong terjadinya volatilitas yang membuat nilai perdagangan kontrak berjangka komoditi semakin menarik di bursa berjangka.

Adapun faktor yang memengaruhi Bursa Berjangka antara lain Consumer Confidence Index, Consumer Price Index, Stock Market Index , Suku bunga, money supply , dan gross domestic product .

"Hasil dari pasar India menunjukkan bahwa variabel makroekonomi nasional, dan internasional memiliki kesan positif pada volatilitas pasar komoditi," jelasnya.

Sementara itu, Pimpinan Cabang PT BPF Malang Andri mengatakan bahwa saat ini pilihan investasi semakin beragam. Terutama di era new normal di masa pandemi, banyak pergeseran investasi konvensional menjadi online dan jenis investasi baru mulai bermunculan.

"Karena itu, sebelum memutuskan untuk membeli instrumen investasi yang tepat, masyarakat harus lebih dulu mengetahui harus tahu tujuan dan target jangka waktu yang kita inginkan untuk mendapatkan return dari portfolio investasi yang kita tempatkan," ujarnya.

Pihaknya mencontohkan, baik itu investasi properti, dan obligasi, lanjut dia merupakan investasi yang menjanjikan dari sisi return, namun bersifat jangka panjang. Sementara jika ingin mendapatkan return yang positif dan bersifat likuid, maka Perdagangan Berjangka bisa menjadi pilihan alternatif. Terutama untuk produk emas.

Terbukti di mulai sejak tahun 2020 ketika Covid-19 awal-awal melanda, harga emas langsung mencuat. Bahkan hingga menyentuh harga hampir Rp 2 juta/gr atau $ 1.970/toz.

Topik Menarik