Pertumbuhan Ekonomi China Melesat, Indonesia Ketiban Durian Runtuh, Kok Bisa ?

Pertumbuhan Ekonomi China Melesat, Indonesia Ketiban Durian Runtuh, Kok Bisa ?

Ekonomi | bukamatanews | Kamis, 20 Januari 2022 - 06:44
share

BUKAMATA China mencatat pertumbuhan ekonomi tercepat selama satu dekade. Biro Statistik Nasional,melaporkan pertumbuhan ekonomi China tercatat sebesar 8,1% year-on-year (yoy) pada 2021.

Pertumbuhan ekonomi China tak lepas dari nilai perdagangan yang tinggi tahun 2021. Berdasarkan data Administrasi Biro Statistik China, hingga November neraca dagang China tercatat US$ 581,7 miliar.

Ekspor China hingga November 2021 tercatat US$ 3,03 triliun. Tumbuh 31,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan impor tumbuh 31,4% menjadi US$ 2,44 triliun.

Faktanya saat pertumbuhan ekonomi China melesat, Indonesia bak ketiban durian runtuh. Kok bisa?

Ini karena pertumbuhan nilai impor China dari Indonesia meroket 70,6% pada periode Januari hingga November 2021 menjadi US$ 56,5 miliar. Pertumbuhan impor ini jadi yang tertinggi diantara negara lain.

Pertumbuhan nilai impor China dari Indonesia yang tinggi terdorong oleh harga komoditas yang meroket sepanjang 2021. Sebab, China gemar mengimpor hasil alam dari Indonesia dengan besi, batu bara, dan minyak kelapa sawit jadi paling favorit.

Besi jadi komoditas ekspor Indonesia ke China. Hingga Oktober 2021 nilai ekspor besi China tercatat US$ 10,17 miliar mengacu publikasi Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS). Jumlah ini naik 79,67% dibandingkan periode yang sama tahun 2020.

Batu bara jadi komoditas favorit China yang dibeli di Indonesia nomor dua. Nilai ekspor Indonesia untuk batu bara sebesar US$ 6.95 miliar, meroket 326.3% dibanding 2020.

Posisi ketiga ditempati oleh kelapa sawit dengan nilai ekspor sebesar US$ 4,11 miliar. Jumlah ini melesat 114.62% dibandingkan 2020.

Berikut 10 ekspor terbesar Indonesia ke China periode Januari-Desember 2021:

Tahun 2022 pertumbuhan ekspor Indonesia diperkirakan akan melambat seiring dengan proyeksi harga komoditas yang melandai.

Persediaan minyak sawit diperkirakan sedikit meningkat dan akhirnya kembali ke tingkat pra-pandemi sekitar dua juta ton hingga tiga juta ton pada tahun 2022, menurut riset MIDF Research.

Walaupun ada peningkatan produksi, analis memperkirakan rata-rata harga CPO akan tetap bertahan di level RM 3.000/ton tahun depan.

MIDF memperkirakan harga rata-rata CPO 2022 pada RM 3.300/ton. Sedangkan pandangan lebih optimis datang dari CGS-CIMB Research memperkirakan rata-rata harga CPO tahun 2022 sebesar RM 3.600/ton.

Harga batu bara dunia diperkirakan akan menguat hingga awal tahun 2022 berdasarkan laporan Bank ANZ.

"Pasokan global terbatas dan permintaan solid dari Asia akan mendorong harga batu bara pada tahun 2022. Saat dunia pulih dari resesi, permintaan diperkirakan akan menguat, terutama di negara-negara di mana batu bara masih menjadi sumber energi yang signifikan," kata laporan tersebut.

Setelahnya harga batu bara diperkirakan akan melandai seiring dengan upaya optimalisasi dekarbonisasi.

Topik Menarik