Harga Sejumlah Bahan Pokok Naik, Pedagang Pilih Kurangi Pasokan
MATARAM -Harga sejumlah kebutuhan pokok di pasaran terus melambung. Hal ini pun dikeluhkan oleh para pedagang tradisional. Mereka mengeluh karena keuntungan yang didapatkan kini jauh berkurang. Para pedagang mengaku sama sekali tidak bergembira karena kenaikan itu hanya membuat pihaknya harus mengurangi stok jualan. Pembelian di tingkat konsumen juga ikut berkurang. Kenaikan harga ini bukannya bikin pedagang senang, justru ini makin merugikan, kata Kepala Pasar Kebon Roek, Malwi, Rabu (5/1).
Terutama harga kebutuhan pokok seperti telur ayam, minyak goreng, hingga cabai rawit yang terus mengalami kenaikan. Kini harga telur ayam mencapai Rp 1.500 per butir. Minyak goreng Rp 19-20 ribu per liter, dari harga normalnya Rp 11 ribu hingga termahal Rp 13 ribu per liter. Selanjutnya cabai rawit yang kini Rp 50 ribu per kilogram dari beberapa pekan lalu masih Rp 30 ribuan.
Termasuk daging ayam potong, harganya kini Rp 38-40 ribu dari harga normalnya Rp 30-34 ribu. Alhasil, pembeli memilih mengurangi pembelian. Otomatis pedagang juga harus mengurangi ketersediaan pasokan. Ada yang stok telur biasanya 50 terai, kini hanya bawa 30 terai. Daging ayam dari 80 kilogram, sekarang hanya 50 kilogram bahkan kurang, jelasnya.
Pedagang pun terpaksa harus tetap berjualan hingga sore menunggu seluruh barang habis terjual. Dia memperkirakan pedagang mengalami penurunan hingga 50 persen dari omzet biasanya. Padahal retribusi tak bisa berkurang. Pihaknya banyak berharap pemerintah turun tangan menstabilkan harga komoditas pangan di pasaran. Memang infonya kenaikan ini akibat dari pusatnya yang terganggu. Tapi kita harap pemerintah tetap bisa cepat atasi masalah ini, imbuhnya.
Salah satu pedagang daging ayam, Haskona mengatakan, kenaikan harga mulai terjadi sejak beberapa pekan ini. Diawali dengan kenaikan harga telur yang lebih dulu melambung. Harga daging ayam yang dijualnya Rp 39 ribu per kilogram. Biasanya, ibu empat anak ini menyediakan 45 kilogram daging ayam setiap hari. Kini, ia terpaksa harus mengurangi stok menjadi 25 kilogram saja.
Pedagang kabur setelah mendengar harganya. Gak ada yang mau beli, katanya. (eka/r9)