Megawati Berpikir Jokowi Tak Mau Lagi Jadi Kader Partai
Pengamat politik Rocky Gerung mengungkapkan isi pikiran Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya, Megawati berpikir bahwa Jokowi tidak mau lagi menjadi kader partainya, dan seharusnya ia segera melakukan tindakan pendisiplinan dengan memecatnya dari PDIP.
"Karena sudah final kira-kira pikiran Ibu Mega bahwa Jokowi tidak mau lagi jadi kader partai dan itu artinya semacam indisipliner," ungkapnya dikutip populis.id dari YouTube Rocky Gerung Official, Jumat (29/9).
"Nah konsekuensinya mustinya Megawati pecat Jokowi, kan itu dasarnya, hal yang juga ingin didisiplinkan Megawati dari awal mereka yang tidak patuh pada partai itu akan dikeluarkan dari partai bukan lagi kader," sambungnya.
Sementara itu berdasarkan survei Voxpopuli Research Center, PDIP masih mempertahankan peringkat pertama dengan elektabilitas sekitar 17,4 persen. Di urutan kedua, muncul Gerindra dengan 17,0 persen.
Peneliti senior Voxpopuli Research Center Prijo Wasono mengatakan persaingan PDI Perjuangan dan Partai Gerindra untuk memperebutkan elektabilitas tertinggi semakin ketat.
Prijo menilai elektabilitas PDIP belum sepenuhnya pulih ke posisi seperti awal tahun setelah sempat merosot usai heboh Piala Dunia U-20. Sebaliknya, Gerindra masih menikmati lonjakan elektabilitas dan terus mendekati posisi PDIP.
"Persaingan PDIP dan Gerindra makin ketat, sedangkan partai-partai lain masih stabil elektabilitasnya," kata Prijo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (15/9/2023) dikutip dari Republika.
Menurut Prijo, ketatnya persaingan dua partai besar pendukung pemerintah itu menunjukkan bekerjanya coattail effect (kecenderungan seorang pemimpin partai politik populer untuk menarik suara kandidat lain) dari pencapresan. "Menguatnya elektabilitas Prabowo Subianto disertai dengan kenaikan signifikan Gerindra sebagai partai utama pengusung Menteri Pertahanan itu," jelas Prijo.
Prijo mengatakan elektabilitas Gerindra yang semula terpaut hingga 5 persen dengan PDIP, kini semakin ketat menempel PDIP yang mengusung Ganjar Pranowo. "Anjloknya elektabilitas Ganjar pada survei bulan April memerlukan pemulihan berbulan-bulan dan berdampak pada stagnannya PDIP," ujarnya.










