Banyak Relawan Dan Politisi Menolak Prabowo Dengan Ganjar Diduetkan Firman Soebagyo Berisiko Ditinggal Para Pendukung
Wacana duet Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo atau Ganjar-Prabowo masih menjadi pembicaraan hangat di masyarakat. Banyak relawan dan politisi pendukung Prabowo dan Ganjar yang menolaknya.
Ketua Umum Ganjarist, Kris Tjantra menyatakan tidak mau mendukung duet Prabowo-Ganjar. Itu bukan opsi untuk kami. Relawan Ganjar sepakat, tidak ingin Ganjar sebagai Cawapres, tandasnya.
Tapi, Ganjarist masih mau mendukung, jika skemanya adalah Ganjar-Prabowo.
Prinsipnya, kami ingin memastikan bahwa Ganjar sebagai Capres, tandasnya.
Baginya, wacana duet Prabowo-Ganjar adalahuntuk men-downgradeGanjar. Sebelumnya juga terjadi. Bukan hanya dari pihak luar. Pihak dalam juga ada yang men- downgrade , tandasnya.
Hal senada disampaikan Sekjen Prabowo Mania 08, Achmad Gojali Harahap. Dia tidak mau mendukung duet Ganjar-Prabowo. Tapi, jika dibalik menjadi Prabowo-Ganjar, dia siap mendukung.
Gojali pun berharap, semua pihak menjaga stabilitas politik, bersama-sama mencurahkan tenaga dan pikiran agar Pemilu berjalan aman dan damai, tanpa ada kecurangan, tanpa ada hoaks.
Fokusnya adalah membangun Indonesia, dengan gagasan-gagasan yang brilian. Itu saja, tidak perlu men-downgrade Capres kami jadi Cawapres, tandasnya.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Firman Soebagyo mengatakan, penggabungan Prabowo-Ganjar atau sebaliknya, belum tentu menjamin kemenangan. Karena itu, Firman mengajak semua pihak memikirkan lebih dalam mengenai wacana tersebut.
Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Rusli Effendi berpandangan, partainyasudah resmi bekerja sama dengan PDIP untuk mengusung Ganjar sebagai Capres. Tidak ada opsi Ganjar sebagai Cawapres, tandasnya.
Berikut wawancara dengan Firman Soebagyo mengenai wacana yang terus bergulir ini.
Anda setuju atau tidak dengan duet Prabowo-Ganjar atau Ganjar-Prabowo?
Kembali kepada masing-masing koalisi partai yang sudah terbentuk, komitmennya sejauh mana dan seperti apa.
Bagaimana sikap Anda?
Sesungguhnya, semakin banyak calon itu semakin bagus. Hal itu membuktikan, demokrasi sudah berkembang dengan baik.
Kalau disederhanakan jadi dua pasang Capres-Cawapres saja, tingkat risikonya cukup tinggi. Apalagi, penggabungan seperti itu belum menjamin menang, karena suara ada di rakyat.
Saran Anda?
Sikap kehati-hatian dalam politik harus dipertimbangkan betul, tidak semudah yang dibayangkan.
Konkretnya?
Bisa jadi, kelompoknya Ganjar bersikap, kalau Ganjar menjadi Cawapres, mereka bubar. Karena, mereka tidak mendukung Ganjar sebagai Cawapres. Timnya Prabowo juga sama. Kalau Prabowo menjadi Cawapres, berisiko ditinggalkan pendukungnya. Itu harus diperhitungkan betul.
Golkar mendukung Prabowo sebagai Capres, bukan Cawapres ya...
Iya, betul. Seandainya Prabowo menjadi Cawapres, akan terjadi situasi yang berbeda. Bukan cuma Golkar, Partai lain yang juga mendukung Prabowo sebagai Capres, harus diperhitungkan.
Tidak semudah itu mengubah Capres jadi Cawapres. Misalnya Pak Prabowo gabung ke sana, bisa saja koalisi bubar. Bisa juga membentuk koalisi baru. Apalagi, waktunya masih cukup. REN










