Kisah DN Aidit yang Dipengaruhi Mister Gendeng, Kader PKI asal Tapal Kuda
BLITAR - Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit merupakan pimpinan tertinggi Partai komunis Indonesia (PKI) yang paling diburu pascameletusnya peristiwa G30S atau Gerakan 30 September 1965.
Aidit bersama pimpinan PKI lain, dianggap bertanggung jawab atas peristiwa penculikan sejumlah Jenderal Angkatan Darat yang ditemukan tewas di sumur lubang buaya, Jakarta.
Kapan Jenazah 7 Jenderal Korban G30S PKI Ditemukan di Lubang Buaya? Aidit yang terus dikejar-kejar ke sana-sini sempat lolos dan bersembunyi. Ia tertangkap di Jawa Tengah dan dieksekusi oleh tentara Kostrad di dekat sebuah sumur di wilayah Boyolali.
Nasib serupa juga dialami Njoto dan Letkol Untung Sutopo, yang juga ditembak mati. Dalam perjalanan sejarah PKI, Aidit dinilai berhasil membangkitkan partai yang pasca peristiwa Madiun 1948 telah hancur.
Ali Moertopo, Tangan Kanan Soeharto Pulihkan Hubungan RI dan Amerika Pasca G30SPKI Tidak hanya bangkit. Dalam Pemilu 1955, PKI di tangan Aidit mampu menempatkan posisi empat besar dalam perolehan suara, yakni bersaing dengan PNI, Masyumi dan NU. Lantas, seperti apa sepak terjang DN Aidit?
Sejak muda, yakni sebelum menjadi pimpinan tertinggi PKI, Aidit terkenal licin dan pintar berkamuflase. Pada peristiwa Madiun 1948, di mana orang-orang PKI ditangkap dan dibui, kemudian Muso dan Amir Sjarifuddin dieksekusi, Aidit berhasil meloloskan diri.
Ia sempat tertangkap dalam razia September 1948 di Solo, namun berhasil lolos. Agar tidak terus dikejar, Aidit dan Lukman mengembuskan isu berhasil kabur ke Cina.
Sebenarnya pada awal 1949 Aidit dan Lukman berada di Jakarta, tetapi mereka lebih banyak tinggal di rumah seorang teman di Kemayoran, demikian dikutip dari buku Mencari Kiri, Kaum Revolusioner Indonesia dan Revolusi Mereka (2011), karya Jacques Leclerc.
Jauh sebelum memimpin PKI, yang tidak banyak diketahui, pemikiran dan sepak terjang DN Aidit banyak dipengaruhi oleh Mr Jusuf, yakni seorang revolusioner senior asal Jawa Timur yang aktif di Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia).
Di kalangan pemuda aktivis pada masa penjajahan Jepang, Mr Jusuf dikenal sebagai \'Mister Gendeng\'. Gendeng atau gila merujuk pada keberaniannya melawan Jepang. Ia bahkan tak gentar memaki-maki Jepang di depan umum.
Warga Pisangan Timur Apresiasi Bantuan dari Perindo untuk Tekan Angka Stunting Banyak pemuda, termasuk Aidit kagum dengan keberanian Mr Jusuf. Sebagai seorang revolusioner tua, pengaruhnya (Mr Jusuf) besar, antara lain mempengaruhi DN Aidit.
Mr Jusuf yang dikenal sebagai pemimpin Joyoboyo, yakni gerakan anti fasis, diketahui berasal dari wilayah karesidenan Besuki (Tapal Kuda atau Lumajang, Jember dan sekitarnya), Jawa Timur. Tidak banyak data tentang dirinya.
Pada tahun 1937 Mr Jusuf diketahui mendapat ijazah hukum di Leiden Belanda. Pada masa pendudukan Jepang ia juga pernah bekerja di departemen dalam negeri.
DN Aidit Masih Kenakan Pakaian Menteri dalam Pelariannya Usai Peristiwa G30SPKI Pada 21 Oktober 1945, Mr Jusuf secara resmi mendirikan kembali PKI setelah pada tahun 1926 hancur karena gagal melakukan pemberontakan. Mr Jusuf tampil sebagai ketua dengan Mr Suprapto sebagai sekertaris.
Bangkitnya PKI mendapat sambutan meriah dari berbagai daerah. Hingga akhir tahun 1945 cabang PKI telah berdiri di sejumlah daerah, yakni di antaranya Madiun, Malang, Surabaya, Sukabumi, Cirebon, Solo dan Pekalongan.
Untuk menggerakkan mesin partai, PKI menerbitkan majalah Bintang Merah dengan oplah 3.000 eksemplar. Kemudian juga mendirikan Laskar Merah, yakni di antaranya di Jombang, Madiun, Magetan, Purwokerto, Ambarawa, dan Yogyakarta.
Agenda politik pertama PKI pimpinan Mr Jusuf adalah mendesak pemerintahan Soekarno menggelar pemilihan umum secara langsung dan rahasia. Dalam buku: Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan, menyebut pada waktu itu wilayah karesidenan Besuki (Tapal Kuda) merupakan basis kekuatan PKI.
Besuki merupakan pusat kekuatan PKI. Kepemimpinan Mr Jusuf di PKI tidak berlangsung lama. Ia ditangkap saat PKI berupaya melakukan putch di Cirebon. Aidit, Njoto yang pertama kali gabung di PKI cabang Besuki dan Lukman merupakan binaan Mr Jusuf atau Mister Gendeng.
Saat Aidit menjadi pimpinan PKI, ia memuji mister gendeng sebagai komunis yang baik, yang kepemimpinannya di PKI tidak perlu diragukan. Jusuf was a good communist who was dubious about PKI policy during the August revolutions," katanya.
Sejarah politik Indonesia mencatat, pasca peristiwa G30S, yakni 12 Maret 1966, PKI dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang.
