Boygenius: The Record Album Review

Boygenius: The Record Album Review

Seleb | BuddyKu | Selasa, 23 Mei 2023 - 12:56
share

Boygenius adalah supergrup yang tergabung dari tiga musisi wanita yang cukup populer saat ini di skenanya, Julien Baker, Phoebe Bridgers, dan Lucy Dacus. Mereka bertiga sempat merilis EP debut pada 2018. Setelah disibukan dengan project solo masing-masing, Boygenius akhirnya kembali berkarya bersama dalam full album pertama mereka, "The Record" yang rilis pada Maret 2023.

Menyebut diri mereka sebagai \'boygenius\', konsep ironi dipakai lepas dari status mereka sebagai tiga musisi wanita. Ide nama tersebut hadir karena gagasan selama ini bahwa mayoritas musisi-musisi yang disebut sebagai \'jenius\' dan \' brilliant \' dengan label legendaris rata-rata adalah musisi pria.

Nama mereka juga merujuk pada tekanan yang sering dihadapi oleh wanita untuk sukses dalam berkarir di industri musik yang didominasi oleh pria, serta stigam bahwa kemampuan wanita masih sering dianggap lebih rendah meskipun potensi mereka sama.

Namun, lepas dari berbagai keseriusan yang ditampak dalam makna nama grup mereka, Boygenius menganggap konsep tersebut lebih sebagai konsep yang menyenangkan, sekaligus bermakna dalam merepresentasikan semangat gender dan kreativitas. Dimana bisa semakin kita pahami melalui album "The Record".

The Gist:

Album debut dari Boygenius yang berjudul "The Record" ternyata didasari oleh kasih sayang dan interaksi yang tulus akan tiga wanita ini dalam bermusik. Kasih sayang mereka yang sama-sama menentang anggapan sosial bahwa wanita harus menumpahkan energi emosional, spiritual, dan seksual mereka kepada pria, seperti yang diungkapkan oleh penyair feminis Andrienne Rich dalam sebuah esai terkenal.

Selain itu, album ini juga hendak menentang konsep batas yang jelas antara hubungan romantis dan hubungan platonic.

Anggota Boygenius berfungsi sebagai tim, sahabat, dan mungkin pasangan romantis di atas panggung. Lagu-lau dalam "The Record" sebagaian besar didedikasikan untuk menginspirasi satu sama lain di antara Baker, Bridgers, dan Dacus. dengan referensi intim dan inside joke di dalamnya.

Album ini berisi 12 tracks yang dibagi secara merata antara ketiga anggota; masing-masing mengambil peran utama dalam empat tracks , sementara kedua anggota lainnya memberikan bait tambahan maupun harmoni. Menjadi usaha yang manis dari ketiga dara ini untuk menghasilkan album yang bias pada satu musisi saja.

"The Record" merupakan definisi sempurna dari sisterhood , yang bisa jadi kekuatan utama dari wanita ketika tergabung menjadi kolektif. Tanpa berusaha menjadi relevan dan hanya mengeksploitasi materi personal, mereka tetap mampu menginspirasi pendengar umum.

Sound Vibes:

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, "The Record" menjadi showcase dari Baker, Bridgers, dan Dacus yang seimbang dan harmonis. Masing-masing dari mereka memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda namun serasi.

Vokal Julien Baker memiliki karakter yang raw dan powerful , dengan komposisi musik soft punk ala "Little Oblivions"-nya pada 2021 lalu. Kemudian Phoebe Bridgers yang terkenal dengan warna vokalnya yang breathy dan ethereal , membangkitkan nuansa nostalgia yang melankolis dan emo seperti warna musik yang ia aplikasikan pada album "Punisher". Sementara Lucy Dacus memiliki karakter vokal yang lebih hangat dalam iringan musik bernuansa folk rock .

Sekilas, ketika musisi ini terdengar sama ketika kita melihat mereka tampil secara terpisah. Namun "The Record" mampu menujukan bagaimana ketiganya memiliki karakter yang cukup distinct , namun dalam spektrum yang masih sama. Ibarat melihat tiga bersahabat yang memiliki visi yang sama, Boygenius memiliki koneksi dalam bermusik yang membuat kita paham bagaimana ketiganya membentuk grup dengan cinta dan ikatan bersahabatan yang tulus karena memang memiliki kecocokan dalam bermusik.

Best Tracks:

\'Not Strong Enough\' menjadi salah satu track dimana Boygenius bersinar bersama yang memperdengarkan musik dengan aransemen gitar yang lembut sekaligus up beat , mengiringi ketikanya bernyanyi dalam harmoni vokal. Terdengar seperti tipikal lagu indie senandung cinta, kemudian diakselerasi dengan alunan hook yang terdengar seperti mantra yang candu dirampalkan oleh mereka bertiga, \' always an angel never a god \'.

\'Satanist\' menjadi track yang cukup provokatif dalam album. Dieksekusi dengan aransemen musik rock yang sedikit lebih gelap, amtmospheric , dan psychedelic , jika dibandingkan dengan track-track lainnya. Layaknya steriotip orang ketika mendengar kata \'satanist\'. Dalam segi lirik sendiri, lagu ini memuat pesan tentang bahayanya ekstrimis agama. Trio ini terdengar seperti tiga penyihir yang menyanyi dengan indah, terdengar membuai sesat bagi para ekstrimis agama. Namun mungkin mempesona bagi yang terbuka akan poin dari pesan mereka.

"The Record" ditutup dengan tiga track berurutan dari ketiga member. Mulai dari track ballad folk \'We\'re in Love\' oleh Lucy Dacus, track soft rock \'Anti-Curse\' oleh Julien Baker, kemudian ditutup dengan lagu ballad yang soft dan haunting khas Phoebe Bridgers, \'Letter to an Old Poet\'. Ketiga track penutup ini menjadi rangkaian track yang menonjolkan signature dari masing-masing member Boygenius. Bagaimana ketika salah satu sedang berada di bawah lampu sorot, keduanya selalu hadir sebagai penompang yang harmonis dan saling menguatkan.

Secara keseluruhan, "The Record" adalah album yang memiliki semangat sisterhood yang kuat diantara ketiga musisi wanita jenius ini. Masing-masing sedikit menekan ego mereka demi menghadirkan keselerasan tema dalam bermusik. Ini bukan album feminisme penuh dengan semangat pemberontakan yang mungkin menjadi asumsi banyak orang ketika mendengar konsep dari Boygenius sendiri. "The Record" merupakan album yang dirangkai dengan kehangatan persahabatan, kasih sayang, dan visi bermusik ketiga membernya yang serasi.

https://open.spotify.com/album/0e9GjrztzBw8oMC6n2CDeI?si=TE0G3oObTB-_6xbdG52grw

Topik Menarik