Potensi Filantropi di RI Lebih dari Rp600 Triliun, Kini Didorong Pembiayaan Energi Hijau
JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) melaporkan potensi filantropi di Indonesia lebih dari Rp600 triliun.
Berdasarkan perhitungan dari Bappenas, sumber filantropis berbasis keagamaan seperti dari zakat, wakaf, para donatur dari agama selain Islam hingga perusahaan-perusahaan yang menghimpun dana filantropi, yang diperkirakan potensi filantropi di Indonesia lebih dari Rp600 triliun.
Selama ini, para filantropis di Indonesia maupun global disebut telah berkontribusi dalam pembangunan dengan cara mereka sendiri.
Kini lembaga filantropi diminta untuk memperkuat pemahaman mengenai pendekatan berbasis alam (nature-based solutions), penghitungan emisi karbon, serta peluang kemitraan lintas sektor dalam pembiayaan program transisi hijau.
Pidato di Bloomberg New Economy, Jokowi Prediksi Revolusi Robot Humanoid 5-15 Tahun ke Depan
Ketua Badan Pengurus Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) Rizal Algamar mengatakan, PFI memperkenalkan PFI Net Zero Commitment Charter, sebuah inisiatif strategis yang bertujuan membangun komitmen kolektif anggota dan mitra PFI dalam mendukung pengendalian perubahan iklim yang inklusif dan berbasis komunitas.
“Ada 240 anggota PFI dan 280 mitra & jaringan dengan 8.048 partisipan program rutin saat ini yang memiliki peran penting dalam menjembatani kesenjangan pembiayaan, memperkuat kapasitas lokal, dan mempercepat inovasi yang berpihak pada keadilan iklim," katanya di Jakarta, Jumat (8/8/2025).
Inisiatif ini akan didukung penuh oleh Association of Carbon Emission Experts Indonesia (ACEXI) dengan menyediakan sumber daya manusia yang mumpuni dan kompeten serta program-program pendampingan yang efektif dalam membantu anggota-anggota PFI maupun komunitas filantropi dalam upaya mencapai net zero.
PFI akan membentuk kelompok-kelompok kerja terkait pengurangan emisi karbon yang terdiri dari perwakilan anggota PFI dan didampingi oleh para ahli yang berasal dari ACEXI.
"Mendukung pembiayaan dan program transisi rendah karbon, termasuk pendekatan berbasis alam dan perhitungan emisi karbon, bukan hanya berdampak langsung pada pengurangan risiko iklim, tetapi juga menciptakan manfaat ekonomi jangka panjang, ketahanan sosial, dan keberlanjutan lingkungan," katanya.
Ketua Umum ACEXI Lastyo K Lukito menambahkan, transisi menuju net zero bukan hanya keharusan strategis, tetapi juga etis.
Menurutnya, dengan kapasitas anggota yang mumpuni dalam pengendalian perubahan iklim terutama terkait emisi karbon, ACEXI mengambil peran penting bersinergi dan berkolaborasi dengan Perhimpunan Filantropi Indonesia menjadi katalis perubahan yang mampu menggerakkan sektor swasta dan komunitas dalam mendukung target iklim nasional dan mendorong pembangunan berkelanjutan.
Kerja sama antara PFI dan ACEXI menandai langkah awal dalam membangun ekosistem philanthropy net zero di Indonesia, sebuah upaya penting dalam mendorong praktik filantropi yang tidak hanya peduli sosial, tapi juga sadar lingkungan dan selaras dengan target iklim global.






