Bukan Cuma Industri Otomotif Indonesia yang Lesu, Thailand dan Vietnam Senasib

Bukan Cuma Industri Otomotif Indonesia yang Lesu, Thailand dan Vietnam Senasib

Berita Utama | idxchannel | Sabtu, 21 Juni 2025 - 06:10
share

IDXChannel - Industri otomotif Indonesia saat ini sedang melemah dengan menurunnya angka penjualan. Namun, kondisi ini juga dialami negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam, yang juga kesulitan menjual mobil baru.

Sebagai informasi, penjualan mobil di Indonesia secara wholesales alias pendistribusian dari pabrik ke diler pada Januari-Mei 2025 sebesar 316.981 unit. Angka tersebut turun 5,5 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar 335.405 unit.

Sementara itu, angka penjualan retail atau pengiriman dari diler ke konsumen pada Januari-Mei 2025 mengalami penurunan 9,20 persen menjadi 328.852 unit. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu membukukan 362.163 unit.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan menurunnya angka penjualan mobil terjadi di beberapa negara. Bahkan, angkanya ada yang terjun lebih dalam dibandingkan dengan Indonesia.

"Memang industri otomotif sedang tidak baik-baik saja. Tapi perlu dicatat, bahwa bukan hanya terjadi di Indonesia. Bahkan kalau kita lihat sebetulnya leader untuk di market domestic dan produksi di Asia Tenggara itu sebetulnya produksinya ada di Thailand, nah mereka hancur lebih dalam daripada Indonesia," kata Nangoi di Jakarta, dikutip Jumat (20/6/2025).

Namun, pertumbuhan penjualan berhasil dibukukan Malaysia. Hal tersebut karena kebijakan pemerintah yang tetap mempertahankan insentif dan regulasi lainnya sehingga mempermudah masyarakatnya membeli mobil baru.

"Jadi kalau kita bicara memang banyak yang tidak baik-baik saja, Vietnam juga mulai turun. Hanya satu-satunya yang masih bertahan adalah Malaysia. Tapi Malaysia sendiri sebetulnya dia tidak growing, dia datar saja, atau paling cuma naik 1 persen di tahun ini," ujar Nangoi.

Faktor utama melemahnya pasar otomotif di Indonesia karena beberapa faktor, seperti konflik yang terjadi di Eropa, Timur Tengah, dan Asia. Selain itu, kebijakan tarif impor yang diterbitkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuat kondisi semakin rumit.

"Terus terang terlalu banyak faktor. Sekarang Timur Tengah, Israel dengan Hamas mulai agak sedikit mereda, eh dengan Iran malah lebih gede lagi. Mudah-mudahan nggak jadi perang yang lebih besar, karena kalau sampai terjadi perang, itu bisa-bisa perang dunia ketiga meletus. Kalau terjadi, ya selesailah sebetulnya," ucap Nangoi.

(NIA DEVIYANA)

Topik Menarik