Serangan Israel Tewaskan 51 Orang di Gaza saat Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk
GAZA - Serangan Israel di Gaza menewaskan 51 warga Palestina. Ini terjadi saat persediaan bantuan kemanusiaan yang terbatas mengalir ke Palestina setelah Israel melonggarkan blokade.
1. 51 Warga Palestina Tewas
Sumber medis mengatakan kepada Al Jazeera, sedikitnya 51 orang tewas dalam serangan Israel pada Kamis (22/5/2025). Jumlah tersebut termasuk 25 orang di Kota Gaza dan wilayah utara Jalur Gaza.
Sedikitnya 10 orang, termasuk sembilan anggota keluarga yang sama, tewas dalam serangan Israel yang menghantam wilayah al-Baraka, Deir el-Balah di Gaza tengah. Ini sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi Palestina Wafa.
Lima orang tewas dalam serangan Israel di rumah keluarga Bakhit di wilayah as-Saftawi, di barat laut Gaza.
Sementara Kementerian Kesehatan setempat menyatakan, di Beit Lahiya, sebuah granat tank menghantam gudang obat di dalam Rumah Sakit Al-Awda dan membakarnya.
Kementerian menambahkan, petugas penyelamat telah berusaha memadamkan api selama berjam-jam.
Petugas medis mengatakan, tank ditempatkan di luar rumah sakit. Ini secara efektif menghalangi akses ke fasilitas tersebut.
2. Kumpulkan Persediaan Kemanusiaan
Serangan itu terjadi saat kelompok bantuan mengumpulkan persediaan kemanusiaan yang dibawa sekitar 90 truk yang telah memasuki Gaza.
Juru Bicara Badan Kemanusiaan PBB OCHA, Jens Laerke, mengatakan truk-truk itu masuk membawa obat-obatan, tepung terigu, dan persediaan nutrisi.
Laerke menambahkan, kelompok bantuan menghadapi tantangan signifikan dalam mendistribusikan bantuan karena ketidakamanan, risiko penjarahan, dan masalah koordinasi dengan otoritas Israel.
Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan pada Rabu malam, 87 truk bantuan dialokasikan untuk organisasi internasional dan lokal untuk memenuhi "kebutuhan kemanusiaan yang mendesak".
Tarek Abu Azzoum dari Al Jazeera, melaporkan dari Deir el-Balah, truk makanan tersebut masuk pada hari Rabu dan "berhasil menurunkan muatan" di pusat distribusi PBB yang telah ditentukan.
Sejak itu, beberapa toko roti telah "melanjutkan operasi", katanya, mengutip kantor media Gaza.
"Ini merupakan langkah maju logistik yang signifikan," kata Abu Azzoum.
Namun, ia mencatat pasokan masih "sedikit" dibandingkan kebutuhan penduduk di Gaza. Para ahli memperingatkan akan datangnya kelaparan.
Karena masalah keamanan, bantuan makanan juga belum mencapai bagian utara Gaza. Ribuan warga sipil juga dikepung.
"Pertanyaannya di sini tetap apakah Israel akan mengizinkan aliran bantuan tanpa syarat ke Jalur Gaza," katanya.
Ia menambahkan, PBB menuntut setidaknya 500 truk makanan diizinkan masuk ke wilayah tersebut setiap hari setelah lebih dari 80 hari blokade total.
Pada Rabu, PBB mengatakan mereka berusaha mengirimkan bantuan secepat mungkin ke tangan warga Palestina di tengah penundaan karena kekhawatiran akan penjarahan dan pembatasan serta serangan militer Israel.
Warga Palestina telah berjuang mendapatkan pasokan dasar setelah berminggu-minggu terisolasi hampir total, dengan blokade Israel. Hal ini menyebabkan kekurangan makanan dan obat-obatan yang kritis serta kekhawatiran akan kelaparan yang meluas.
Menurut PBB, setengah juta orang atau satu dari lima orang di Jalur Gaza, menghadapi kelaparan sementara seluruh penduduk terus menghadapi risiko kelaparan kritis.
Paus Leo XIV menggambarkan situasi di Gaza sebagai mengkhawatirkan dan menyakitkan. Ia menyerukan masuknya bantuan kemanusiaan yang cukup.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sedikitnya 3.509 orang tewas sejak Israel melanjutkan serangan pada 18 Maret. Sedikitnya 53.655 orang tewas sejak Israel melancarkan serangannya ke Gaza pada Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan Palestina.