Bank Sentral Jepang Diminta Naikkan Suku Bunga Jika Kebijakan Perdagangan AS Berubah

Bank Sentral Jepang Diminta Naikkan Suku Bunga Jika Kebijakan Perdagangan AS Berubah

Berita Utama | idxchannel | Selasa, 13 Mei 2025 - 10:50
share

IDXChannel – Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) diminta tetap fleksibel dalam menjalankan kebijakan moneternya. Hal ini disampaikan oleh salah satu anggota dewan BOJ dalam ringkasan hasil pertemuan kebijakan yang digelar pada 30 April–1 Mei 2025.

Dilansir Channel News Asia, Selasa (13/5/2025), anggota Dewan BOJ menyampaikan perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat memang menjadi alasan untuk menahan suku bunga. Namun, BOJ harus siap menaikkannya lagi jika terjadi perubahan signifikan dalam kebijakan perdagangan AS, seperti pemberlakuan tarif baru atau penurunan hambatan dagang.

"BOJ akan memasuki masa jeda sementara dalam kenaikan suku bunga karena perlambatan ekonomi AS. Namun tidak boleh terlalu pesimis dan harus bersikap gesit dan fleksibel," ujar Dewan BOJ itu seperti dikutip dari ringkasan pertemuan yang dirilis Selasa (13/5/2025).

Pendapat lainnya dalam ringkasan tersebut menyatakan arah kebijakan BOJ bisa berubah kapan saja, tergantung perkembangan ekonomi dan harga di Jepang serta situasi global. Risiko yang bersumber dari luar negeri dinilai sangat memengaruhi ekspor dan daya saing Jepang.

Salah satu anggota lain juga menegaskan tidak ada perubahan dalam sikap dasar BOJ yang masih mendukung kenaikan suku bunga secara bertahap. Ini didasarkan pada proyeksi inflasi yang diperkirakan mencapai target 2 persen serta kondisi suku bunga riil yang masih sangat rendah.

Pada pertemuan kebijakan terakhir, BOJ mempertahankan suku bunga acuan di level 0,5 persen dan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Jepang secara tajam. Langkah ini mencerminkan kekhawatiran terhadap ketidakpastian global, terutama potensi dampak dari kebijakan dagang Amerika Serikat yang masih berubah-ubah.

Kebijakan moneter BOJ sebelumnya cenderung longgar selama bertahun-tahun, namun kini mulai menunjukkan sinyal normalisasi secara bertahap. Kendati demikian, pendekatan hati-hati tetap diambil guna menghindari risiko terhadap pemulihan ekonomi domestik.

Topik Menarik