DeepSeek Jadi Sasaran Serangan Siber Setelah Mendadak Populer di AS
BEIJING - Perusahaan rintisan (startup) asal China DeepSeek pada Senin, (27/1/2025) mengatakan bahwa pihaknya akan membatasi pendaftaran pengguna untuk sementara waktu karena serangan siber yang dihadapinya. Serangan tersebut terjadi setelah asisten kecerdasan buatan (AI) milik perusahaan itu mendadak populer hingga menimbulkan kehebohan secara global.
Dilaporkan Reuters, sebelumnya DeepSeek juga mengalami gangguan pada situs webnya setelah asisten AI-nya menjadi aplikasi gratis dengan peringkat teratas di App Store milik Apple di Amerika Serikat (AS).
Popularitas yang Meroket
Menurut halaman statusnya, DeepSeek mengumumkan tengah menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan antarmuka pemrograman aplikasinya dan ketidakmampuan pengguna untuk masuk ke situs web tersebut. Gangguan pada Senin merupakan yang terlama bagi perusahaan tersebut dalam sekira 90 hari dan bertepatan dengan popularitasnya yang meroket.
DeepSeek pekan lalu meluncurkan asisten AI gratis yang katanya menggunakan lebih sedikit data dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan model perusahaan lainnya, termasuk OpenAI. Perilisan asisten AI ini digembar-gembor sebagai sebuah titik balik dalam tingkat investasi yang dibutuhkan untuk AI.
Didukung oleh model DeepSeek-V3, yang menurut para kreatornya "pemimpin teratas di antara model AI open source dan menyaingi model sumber tertutup paling canggih di dunia", aplikasi kecerdasan buatan ini telah melonjak popularitasnya di kalangan pengguna AS sejak dirilis pada 10 Januari, menurut perusahaan riset data aplikasi Sensor Tower.
Kepopuleran, kinerja, serta efisiensi DeepSeek telah membalikkan pandangan publik yang luas tentang keunggulan AS dalam bidang AI dan kemampuan chip serta AI China di tengah control ekspor yang diberlakukan Washington.
Saham sejumlah perusahaan teknologi AS jatuh pada Senin, menyebabkan saham Nvidia dan Oracle anjlok tajam.
Tak Terdampak Larangan Ekspor AS
Model AI dari ChatGPT hingga DeepSeek memerlukan chip canggih untuk mendukung pelatihannya. Pemerintahan Biden sejak 2021 telah memperluas cakupan larangan yang dirancang untuk menghentikan chip ini diekspor ke China dan digunakan untuk melatih model AI perusahaan China.
Namun, para peneliti DeepSeek menulis dalam sebuah makalah bulan lalu bahwa DeepSeek-V3 menggunakan chip H800 Nvidia untuk pelatihan, dengan biaya kurang dari USD6 juta.
Meskipun detail ini telah diperdebatkan, klaim bahwa chip yang digunakan kurang bertenaga dibandingkan produk Nvidia tercanggih yang berusaha dijauhkan Washington dari China, serta biaya pelatihan yang relatif murah, telah mendorong para eksekutif teknologi AS untuk mempertanyakan efektivitas kontrol ekspor teknologi.
Sedikit yang diketahui tentang perusahaan di balik DeepSeek, sebuah perusahaan rintisan kecil yang berbasis di Hangzhou yang didirikan pada 2023, ketika raksasa mesin pencari Baidu merilis model AI bahasa besar China pertama.
Sejak saat itu, puluhan perusahaan teknologi Tiongkok besar dan kecil telah merilis model AI mereka sendiri, tetapi DeepSeek adalah yang pertama dipuji oleh industri teknologi AS karena menyamai atau bahkan melampaui kinerja model AS yang mutakhir.