Nah, Mesir Ancam Hentikan Perjanjian Damai Camp David dengan Israel
GAZA, iNews.id - Mesir mengancam akan menghentikan perjanjian damai Camp David dengan Israel jika militer Zionis menggelar operasi darat ke Rafah, kota yang dihuni lebih dari 1,4 juta pengungsi Gaza. Operasi serangan darat yang dipadukan dengan gempuran udara bisa menimbulkan banjir darah.
Ancaman pencabutan perjanjian Camp David itu disampaikan setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pengiriman pasukan ke Rafah perlu untuk melenyapkan Hamas setelah perang selama 4 bulan.
Dua pejabat Mesir yang meminta identitas mereka disembunyikan karena tak berwenang memberikan pernyataan ke media, mengatakan operasi darat di Rafah juga bisa memaksa penutupan jalur pasokan bantuan ke wilayah tersebut.
Qatar, Arab Saudi, dan negara-negara lain juga telah memperingatkan dampak buruk jika Israel memasuki Rafah.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell juga memperkirakan dampak hubungan Israel dengan negara-negara Arab jika
serangan terjadi.
Serangan Israel terhadap Rafah akan menyebabkan bencana kemanusiaan yang tak bisa diungkapkan serta memicu ketegangan yang parah dengan Mesir, kata Borrell, di media sosial X.
Israel dan Mesir telah berperang lima kali sebelum menandatangani perjanjian Camp David, kesepakatan perdamaian yang ditengahi Presiden AS saat itu Jimmy Carter pada akhir tahun 1970-an. Perjanjian tersebut mencakup beberapa ketentuan yang mengatur penempatan pasukan di kedua sisi perbatasan.
Mesir telah memperkuat perbatasannya dengan Gaza, membuat zona penyangga sepanjang 5 kilometer serta mendirikan tembok beton di atas dan bawah tanah.
Mesir juga membantah tuduhan Israel bahwa Hamas masih mengoperasikan terowongan penyelundupan di bawah perbatasan. Selain itu, Mesir menegaskan pasukannya memegang kendali penuh terhadap perbatasan.
Mesir khawatir serangan Israel ke Rafah akan memicu masuknya ratusan ribu pengungsi Palestina. Begitu masuk Mesir, para pengungsi itu tak akan boleh kembali lagi ke Gaza oleh Israel.
Para pejabat Mesir juga khawatir militernya tidak akan mampu menghentikan gelombang pengungsi Gaza yang lari ke Semenanjung Sinai.
Lebih dari separuh penduduk Gaza, wilayah berpopulasi 2,3 juta jiwa, mengungsi ke Rafah untuk menghindari pertempuran di wilayah lain.
Mereka menghuni tenda-tenda tak layak di padang pasir luas dalam kondisi kekurangan makanan dan air bersih.
Ancaman juga datang dari Hamas. Sorang pejabat Hamas yang tak disebutkan identitasnya mengatakan kepada stasiun televisi Al Aqsa,
setiap serangan ke Rafah akan berdampak pada perundingan yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS), Mesir, dan Qatar. Perjanjian itu
bertujuan untuk mewujudkan gencatan senjata serta pembebasan sandera Israel.
Dalam kondisi normal sebelum perang, Kota Rafah dihuni oleh tak lebih dari 300.000 jiwa. Namun kota tersebut mendapat tambahan sekitar 1,4 juta pengungsi, menjadikannya sebagai wilayah yang sangat penuh sesak.