Jangan Harap Mau Ditolong, Ini Alasan Kenapa di China Korban Kecelakaan Hanya Jadi Tontonan
KECELAKAAN lalu lintas adalah insiden yang lumrah terjadi di jalan raya. Entah karena kurang disiplin dalam berkendara atau memang ketiban apes kerap jadi penyebabnya.
Di Indonesia jika kecelakaan terjadi, lazimnya orang-orang di sekitar TKP akan berbondong-bondong mengerumuni dan berusaha menolong korban.
Namun siapa sangka, jika budaya tolong-menolong seperti itu di kehidupan nyata rupanya tidak berlaku di China .
Mengapa demikian? Bukankah sebagai manusia harus menumbuhkan sikap tolong menolong? Mungkin terbesit di benak kita bahwa orang China itu jahat atau bahkan tidak punya hati nurani dan jiwa kemanusiaan.
Perlu diingat bahwa beberapa negara mungkin memiliki norma sosial yang lebih atau kurang mendorong untuk membantu orang yang sedang dalam kesulitan.
Selain itu, terkadang ada rasa takut tersendiri bahwa membantu korban kecelakaan bisa mengeluarkan biaya atau segala hal pertanggung jawaban lebih lanjut hingga perkara selesai.
Nanik S Deyang Pastikan Tak Ada Polisi Aktif di BGN: Sony Sanjaya Sudah Pensiun dari Polri
Nah, dalam sebuah video viral yang beredar di Youku, menunjukkan seorang gadis di Guangdong ditabrak mobil van.
Mirisnya, dari belasan orang yang lewat tak satupun dari mereka memberi pertolongan pertama kepada remaja malang itu. Kenapa hal itu bisa terjadi? Apakah ini bukti sahih bahwa masyarakat negeri Tirai Bambu sudah hilang rasa kemanusiaan?
Korban kecelakaan hanya jadi tontonan (Foto: SCMP)
Ternyata, fenomena semacam itu bukanlah tanpa sebab. Pasalnya, Pengadilan Tiongkok telah membuat preseden pada tahun 2006 silam manakala seorang anak muda yang mencoba menolong wanita tua yang terjatuh justru digugat sebesar USD6.076 atau senilai lebih Rp92 juta.
Mengutip laman instagram @cettamandarin , berikut 4 alasan mengapa di China orang-orang cenderung apatis atau cuek dan enggan menolong korban kecelakaan;
1. Dianggap bawa sial
Sebagian besar orang China beranggapan bahwa membantu korban kecelakaan bisa membuat mereka terlibat dalam masalah.
Sial dalam situasi ini adalah di mana orang yang menolong akhirnya mendapat tuntutan atau dituduh sebagai penyebab kecelakaan, meski sebenarnya dia tidak tahu apa-apa.
Seperti kasus yang dialami Peng pada tahun 2006, Peng Yu bertemu dengan Xu Shoulan setelah ia terjatuh dan mengalami patah tulang paha. Peng membantu Xu dan membawanya ke rumah sakit setempat untuk perawatan lebih lanjut.
Namun, Peng yang menolong Xu justru mendapat sial. Xu menuduh Peng sebagai penyebab dia jatuh dan menuntut Peng untuk membayar biaya pengobatannya. Maka pusinglah Peng, karena air susu malah dibalas air tuba.
2. Menuntut ganti rugi
Tuntutan palsu atau kompensasi menjadi penyebab kebanyakan masyarakat China enggan menolong korban kecelakaan. Tak dipungkiri, jika menolong merupakan niat baik, namun akan jadi perkara jika justru belakangan dimintai ganti rugi.
Penolong yang diminta ganti rugi harus menghadapi tantangan untuk membuktikan bahwa tindakannya adalah tindakan yang bertujuan baik dan bertanggung jawab atas kejadian yang telah terjadi.
Apabila tidak punya saksi dan tidak bisa mengajukan bukti otentik soal ketulusannya menolong korban, maka orang yang menolong korban tadi dituntut membayar kompensasi yang jumlah biayanya tentu tidak sedikit. Sungguh aneh bukan?
3. Korban cenderung tak mau tahu
Dalam beberapa kasus kecelakaan di China, orang yang menolong sering dimintai pertanggung jawaban. Korban tidak mau tahu siapa pelaku sebenarnya dan tidak peduli siapa yang menolong.
Korban kecelakaan di China (Foto: CCTV)
Korban lebih suka mencari kambing hitam, tanpa peduli bahwa tuduhan itu benar atau salah. Jika memang seperti itu, pantas saja orang berpikir dua kali untuk menolong korban kecelakaan di jalanan China!
4. Cenderung berhati-hati
Ketika menolong korban kecelakaan di China, sebaiknya Anda lebih teliti dan berhati-hati dalam melihat situasi kejadian terlebih di jalanan sepi dan tidak ada CCTV.
Tanpa bukti visual ini, maka akan sulit membuktikan nanti apa sebenarnya yang terjadi, dan tetap ada risiko bahwa kronologi kejadian dapat sewaktu-waktu diubah tanpa Anda perkirakan.
Dalam beberapa kasus, penolong dapat dituduh berkontribusi pada kecelakaan atau bahkan melukai korban lebih parah.
Tanpa bukti yang kuat, ada potensi bahwa penolong dapat menjadi sasaran tuntutan hukum dan kompensasi. Mirip seperti korban begal di Indonesia yang berani melawan demi membela diri malah dijadikan tersangka oleh aparat penegak hukum. Ngeri betul bukan?
Putusan pengadilan China tahun 2006 berbunyi; Tidak ada seorang pun yang akan menolong seseorang dengan hati nurani yang baik kecuali mereka merasa bersalah,.
Hal itu kemudian menimbulkan protes publik. Sejak saat itu, isu tentang apakah saksi harus membantu korban atau tidak menjadi perdebatan sengit.
Global Times di Tiongkok telah menyoroti sejumlah kasus kecelakaan serupa di mana para korban tidak menerima bantuan dari para saksi.
Ilustrasi (Foto: Alamy)
Dalam satu insiden, korban hanya menerima bantuan setelah mengatakan; Saya jatuh sendiri, Anda tidak perlu khwatir, ini tidak ada hubungannya dengan Anda,
Itulah tadi 4 alasan, mengapa orang-orang di China cenderung apatis terhadap korban kecelakaan di jalan raya.
Jadi, jangan harap mendapat pertolongan jika Anda mengalami kecelakaan lalu lintas di jalanan China, sebaiknya lebih berhati-hatilah dalam berkendara di sana.




