Xi Jinping Dikabarkan Minta Putin Jangan Terlalu Lama Perang di Ukraina

Xi Jinping Dikabarkan Minta Putin Jangan Terlalu Lama Perang di Ukraina

Berita Utama | koran-jakarta.com | Selasa, 27 September 2022 - 08:45
share

Mantan penasihat Presiden Rusia Vladimir Putin, Andrei Illarionov mengungkapkan, Presiden Tiongkok Xi Jinping meminta orang nomor satu di Moskow itu agar jangan terlalu lama melakukan serangan ke Ukraina. Pernyataan Illarionov tersebut disampaikan usai Putin bertemu dengan Xi dalam acara Forum Kerja Sama Shanghai (SCO) di Samarkand beberapa waktu lalu.

"Satu-satunya orang yang bisa berbincang seperti itu dengan Putin adalah Pemimpin Xi. Jadi, Xi tampaknya mengatakan sesuatu kepada Putin yang memaksanya mengubah kebijakan terkait perang [di Ukraina] dengan mengubah secara radikal rencana awal menjadi \'referendum\' untuk mobilisasi dan ancaman nuklir," kata Illarionov, dikutip dari Deutsch Welle (DW) , Senin (26/9).

"Kami tak tahu pasti. Tapi berdasarkan bocoran informasi dan bahasa tubuh mereka, saya tak akan mengesampingkan kemungkinan bahwa Xi menyarankan kepada mitra juniornya agar segera mungkin menyelesaikan perkara melawan Ukraina secepat mungkin misalnya sebelum Kongres Partai Komunis Tongkok pada Oktober," tambahnya.

Seperti diketahui, Rusia melancarkan invasi ke Ukraina sejak Februari lalu, artinya sudah memasuki tujuh bulan. Terbaru, Putin mengumumkan mobilisasi parsial untuk wajib militer, dan segera menggelar referendum di empat wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia.

"Fakta bahwa Rusia kini telah tujuh bulan berperang (di Ukraina) dan belum juga terlihat kemenangan nyata adalah hal yang memalukan bagi Xi sehingga membuatnya terlihat lemah sebelum acara penting dalam hidupnya. Tentu saja Xi tak ingin terlihat dirinya lemah," ujar Illarionov.

Illarionov menilai keputusan mobilisasi parsial merupakan perubahan radikal dalam strategi yang diterapkan Putin selama berperang berbulan-bulan di Ukraina.

"Sebelum Samarkand, Putin menegaskan siap melanjutkan perang dalam jangka panjang, selama bertahun-tahun jika diperlukan," ucapnya.

"Keputusan (Putin) dalam beberapa hari terakhir (memerintahkan mobilisasi) berarti srtateginya telah diubah secara radikal. Ini bukan pertanda kelemahan atau kekalahan dia. Ini adalah tanda ketergantungannya kepada Xi," lanjut Illarionov.

Sebelumnya, dua anggota parlemen paling senior Rusia mengeluhkan terkait keputusan Putin menerapkan mobilisas parsial untuk menjalani wajib militer. Selain itu, mereka juga meminta pejabat daerah untuk menangani situasi dan segera mengatasi kebijakan "berlebihan" yang telah memicu kemarahan publik.

Dua anggota parlemen teratas Rusia, yang merupakan sekutu dekat Putin, secara eksplisit menyampaikan kemarahan publik atas cara mobilisasi berlangsung.

Topik Menarik