Rusia Resmi Dinyatakan Default, Apa Dampaknya untuk Indonesia?

Rusia Resmi Dinyatakan Default, Apa Dampaknya untuk Indonesia?

Berita Utama | BuddyKu | Rabu, 29 Juni 2022 - 03:05
share

IDXChannel - Rusia secara resmi mengalami gagal bayar (default) atas utang luar negerinya, usai melewati batas masa tenggang satu bulan pascajatuh tempo pada 27 Mei 2022 lalu. Kondisi ini pun memantik sejumlah spekulasi terhadap perekonomian global, tak terkecuali Indonesia.

Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core), Mohammad Faisal, kondisi gagal bayar Rusia relatif tidak akan berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Pandangan ini didasarkannya pada fakta hubungan perdagangan maupun dari sisi pasar uang ataupun pasar modal antara Indonesia dan Rusia terbilang cukup kecil.

"Kalau (hubungan) perdagangan kan kita terbesar (dengan) China, kemudian Amerika dan beberapa negara tradisional market yang lain. Rusia tidak termasuk dalam top 13 (negara-negara yang terhubung dengan Indonesia," ujar Faisal, kepada MPI, Selasa (28/6/2022).

Menurut Faisal, dari sisi pasar modal atau pengaruh dari sisi sektor keuangan, pengaruh Rusia terhadap Indonesia sangat kecil dan tidak cukup signifikan. Justru, Indonesia akan sangat terpengaruh dengan berbagai kebijakan dari pemerintah Amerika.

"Kalau sesuatu terjadi di AS (Amerika Serikat), akan berpengaruh sekali ke Indonesia. Tapi kalau Rusia yang gagal bayar, saya rasa tidak signifikan (dampaknya)," tutur Faisal.

Hanya saja, disampaikannya, kemungkinan pengaruh akan terjadi dalam bentuk menurunnya demand global, mengingat posisi Rusia sebagai salah satu negara besar dunia yang tergabung dalam G20. Dengan perekonomian Rusia yang bermasalah, maka berpotensi mengganggu permintaan global.

"Dengan terganggunya kondisi global, baru itu berdampak ke Indonesia. Jadi dampaknya tidak secara langsung dari Rusia (ke Indonesia)," papar Faisal.

Disebutkan Faisal, Rusia merupakan salah satu penyumbang perlambatan ekonomi pada tahun ini dan juga kemungkinan besar di tahun depan. Karenanya, yang dikhawatirkan saat ini adalah lebih pada risiko terjadinya resesi, yang terutama dipicu oleh inflasi yang parah di Amerika, dan juga di Eropa.

"Yang itu ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang kontraksi atau paling tidak sangat lamban dan inflasi yang sangat tinggi. Nah kalau Rusia gagal bayar, berarti pertumbuhan ekonominya akan turun drastis. jadi kontraksinya akan tinggi," tegas Faisal. (TSA)

Topik Menarik