PT Timah Sebut Penambangan Ilegal Jadi Salah Satu Penyebab Rugi di 2023

PT Timah Sebut Penambangan Ilegal Jadi Salah Satu Penyebab Rugi di 2023

Ekonomi | inews | Sabtu, 30 Maret 2024 - 09:35
share

JAKARTA, iNews.id - PT Timah Tbk (TINS) menyebut bahwa aktivitas penambangan timah tanpa izin yang terjadi di Bangka Belitung akibat tata kelola pertimahan yang belum membaik, turut berdampak negatif pada bisnis pertimahan di Indonesia, khususnya perseroan.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah, Fina Eliani menuturkan, lambatnya pemulihan perekonomian global dan domestik, serta tekanan harga logam timah dunia di tahun 2023 akibat penguatan mata uang AS dan lemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan LME berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia sejak tahun 2022 sampai dengan saat ini.

"Kondisi ekonomi global dan domestik yang belum membaik serta lemahnya permintaan logam timah global di tengah aktivitas penambangan tanpa izin berdampak pada kinerja Perseroan di tahun 2023," ucap Fina dalam keterangan tertulis dikutip, Sabtu (30/3/2024).

Fina menambahkan, di tahun ini perseroan fokus pada peningkatan produksi melalui penambahan alat tambang dan pembukaan lokasi baru, strategi recovery plan dan program efisiensi berkelanjutan.

"Manajemen optimis kinerja Perseroan di tahun ini akan lebih baik sesuai dengan target," kata dia.

Sebelumnya diberitakan, TINS membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp449,7 miliar sepanjang 2023 di tengah adanya kemelut kasus dugaan korupsi yang mendera perseroan. Senada, volume penjualan logam timah pun turun 69 persen menjadi sebesar 14.385 metrik ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 20.805 metrik ton.

Begitu pula harga jual rerata logam timah sebesar 26.583 dolar AS per metrik ton atau lebih rendah 84 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 31.474 dolar AS per metrik ton.

Sementara itu, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 14.855 ton atau turun 74 persen pada akhir 2023. Kemudian produksi logam timah sebesar 15.340 metrik ton atau turun 77 persen.

Hingga akhir 2023, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 92 persen dengan meliputi Jepang 17 persen, Korea Selatan 13 persen, Belanda 11 persen, India 9 persen, Taiwan 9 persen, dan Amerika Serikat 8 persen.

Kemudian, posisi nilai aset Perseroan pada 2023 sebesar Rp12,8 triliun, sementara posisi liabilitas sebesar Rp6,6 triliun, naik 9,7 persen dibandingkan posisi akhir 2022 sebesar Rp6,0 triliun. Posisi ekuitas sebesar Rp6,2 triliun, turun 11 persen dibandingkan posisi akhir 2022 sebesar Rp7,0 triliun seiring kerugian yang dialami Perseroan.

Topik Menarik